A.
Definisi
Penilaian untuk Belajar
Konsep
penilaian untuk belajar atau disingkat PuB (assessment
for learning-AfL) bukanlah hal baru dalam penilaian pendidikan. PuB dikembangkan
melalui perpaduan antara hasil penelitian dan praktik penilaian dalam kelas.
Salah
satu prinsip yang mendasari PuB yang dikemukakan oleh Black and William
berdasarkan hasil reviu penilaian formatif yang dilakukan yaitu memaksimalkan
potensi yang ada dalam kelas untuk memperoleh informasi yang akurat dan memadai
tentang pembelajaran yang dilakukan. Untuk mendapatkan informasi tersebut diperlukan
instrumen penilaian yang dapat mengungkapkan dan menggambarkan secara jelas
masalah dan kebutuhan yang dihadapi oleh siswa sehingga memberikan jalan keluar
dari permasalahan yang dihadapi.
Cowie
and Bell (Clarke, 2005) mengatakan bahwa penilaian untuk belajar sebagai proses
yang digunakan oleh guru dan anak untuk merespon pembelajaran sehingga siswa
mempertinggi aktivitas atau tugas-tugas selama pembelajaran. Cowie menekankan untuk
menciptakan pembelajaran yang lebih baik, siswa terlibat secara intensif dalam mengerjakan
tugas-tugas yang diberikan, sedangkan guru memberikan motivasi dan dorongan
kepada siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan belajarnya.
Definisi
penilaian untuk belajar yang menekankan pada acara guru dalam melakukan
penilaian, dikemukakan dalam AAIA (2001) mengatakan bahwa cara guru dalam
menginformasikan hasil penilaian dan pelibatan siswa dalam proses penilaian
menjadi hal yang sangat diutamakan, sehingga diperlukan kemampuan guru untuk
menggunakan berbagai metode penilaian yang sesuai. Hal tersebut memungkinkan
siswa terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran.
Definisi yang hampir
sama dengan AAIA, juga dikemukakan dalam CETL (2006) yang mengatakan bahwa cara
atau teknik yang komprehensif dalam melakukan penilaian terhadap pembelajaran.
Cara atau teknik penilaian dalam konsep penilaian untuk belajar memiliki sifat
keluwesan, dalam arti teknik penilaian disesuaikan dalam konteks dan materi
yang akan dinilai.
Stiggins (2005)
mendefinisikan penilaian untuk belajar sebagai suatu alternatif penggunaan
berbagai metode penilaian yang berbeda secara terus menerus untuk memperoleh
bukti penguasaan, pengetahuan dan keterampilan siswa terhadap standar.
Berdasarkan
definisi yang telah dikemukakan di atas, tampak bahwa para ahli memiliki sudut
pandang yang berbeda dalam mendefinisikan penilaian untuk belajar, namun
memiliki kesamaan orientasi yaitu ingin memberi harapan kepada semua anak bahwa
mereka memiliki kemampuan untuk dapat belajar ke tingkat yang lebih tinggi
melalui belajar dari pengalaman yang dialami sebelumnya.
B.
Tujuan
Penilaian untuk Belajar
Berdasarkan
definisi yang telah dikemukakan di atas, CEA (2003) menyajikan tujuan penilaian
untuk belajar untuk:
1. Memberi
wawasan tentang belajar siswa kepada guru dan siswa,
2. Meningkatkan
kesuksesan untuk semua,
3. Membantu
proses penetapan tujuan,
4. Memungkinkan
refleksi secara kontinu terhadap apa yang siswa ketahui sekarang dan apa yang
mereka butuhkan untuk diketahui berikutnya,
5. Mengukur
apa yang dinilai,
6. Mempromosikan
intervensi secara cepat dan menghubungkan dengan penetapan tujuan pembelajaran,
dan
7. Meningkatkan
standar yang diperoleh siswa pada edges
of capability.
C.
Prinsip
Penilaian untuk Belajar
Salah satu
faktor yang dapat menunjang pencapaian tujuan suatu pembelajaran adalah
perencanaan yang matang. Menurut pendapat dari Drs.Harun Rasyid dan Drs.
Mansur, M.Pd dijelaskan tentang beberapa prinsip penilaian untuk belajar yaitu:
1. Penilaian
menentukan bagaimana siswa belajar
Proses
pembelajaran harus ada dalam pikiran guru dan siswa ketika penilaian
direncanakan dan ketika bukti atau keterangan ditafsirkan. Siswa perlu
menyadari tentang bagaimana pembelajaran mereka. Penilaian untuk belajar
berpusat pada praktik dalam ruang kelas. Aktivitas-aktivitas guru dan siswa
yang dilakukan dalam kelas dapat diuraikan sebagai suatu penilaian. Dalam hal
ini, tugas dan pertanyaan yang mendorong siswa untuk mempertunjukkan
pengetahuan, keterampilan dan pemahaman mereka. Apa yang siswa katakan dan
lakukan kemudian diamati dan ditafsirkan, dan membuat penetapan tentang
bagaimana pembelajaran dapat diperbaiki. Proses penilaian ini merupakan bagian
esensial dari praktik dalam kelas setiap hari dan melibatkan guru dan siswa dalam
refleksi, dialog dan membuat keputusan.
2. Penilaian
merupakan kunci keterampilan profesional untuk guru
Guru
memerlukan pengetahuan dan keterampilan profesional untuk merencanakan
penilaian, mengamati pembelajaran, menganalisis dan menafsirkan keterangan
pembelajaran, memberikan umpan balik untuk siswa dan membantu siswa dalam
penilaian diri sendiri. Guru harus dibantu dalam mengembangkan
keterampilan-keterampilan seperti itu melalui pengembangan profesional secara
kontinu. Umpan balik merupakan prinsip yang sangat krusial dalam penilaian
untuk belajar, oleh karena itu umpan balik harus sensitif dan konstuktif karena
sembarangan penilaian mempunyai emotional
impact. Guru harus menyadari dan mengerti bahwa pengaruh komentar yang
diberikan dapat meningkatkan kepercayaan diri dan antusiasme siswa, sehingga
harus disusun secara konstuktif dalam bentuk umpan balik yang diberikan.
Komentar-komentar tersebut difokuskan pada pekerjaan daripada persoalan pribadi
mereka dan disusun secara konstruktif untuk pembelajaran dan motivasi.
3.
Penilaian untuk belajar
harus mempromosikan komitmen tujuan pembelajaran dan membagi pemahaman tentang
kriteria dengan mereka yang dinilai
Untuk
berlangsungnya pembelajaran yang efektif, siswa perlu memahami apa yang mereka
sedang berusaha untuk mencapainya. Pemahaman dan komitmen siswa merupakan
bagian dalam memutuskan tujuan dan mengidentifikasi kriteria untuk menaksir
kemajuan. Mengkomunikasikan kriteria penilaian dengan mereka dalam suatu
diskusi yang menggunakan istilah yang mereka dapat pahami, memberikan contoh
tentang bagaimana kriteria dapat dijumpai dalam praktik dan melibatkan siswa
dalam self-assessment.
4.
Penilaian harus
menolong pembelajar untuk mengetahui bagaimana memperbaiki belajarnya
Siswa-siswa
memerlukan informasi dan petunjuk untuk merencanakan langkah-langkah belajar
mereka berikutnya. Guru harus menunjukkan dengan tepat kekuatan siswa dan
menasehati bagaimana cara mengembangkannya, menjelaskan kelemahan dan bagaimana
cara mereka mengatasinya, dan menyediakan kesempatan siswa untuk memperbaiki
pekerjaan mereka.
5. Penilaian
mengakui semua capaian prestasi pendidikan yang diraih oleh siswa
Penilaian
untuk belajar harus digunakan untuk memberi kesempatan lebih banyak pada semua
siswa untuk belajar dalam semua aktivitas bidang pendidikan. Di samping itu,
harus memungkinkan mencapai prestasi yang terbaik dan menghargai serta mengakui
usaha mereka.
Berdasarkan
prinsip nilai untuk belajar tersebut di atas, tampak bahwa guru dan siswa
memainkan peran yang utama dalam upaya memperbaiki dan meningkatkan
pembelajaran dalam kelas. Guru diarahkan agar memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang profesional dalam mengajar, sedangkan siswa-siswa diarahkan
untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajarnya dengan melibatkan mereka
dalam penilaian melalui self-assessment,
sehingga kualitas proses dan produk pembelajaran menjadi lebih baik.
D.
Strategi Penilaian untuk Belajar dalam Kelas
AAIA (2001)
mengembangkan strategi penerapan penilaian untuk belajar dalam kelas, yang
terdiri dari empat tahap, yaitu:
a. Tahap
Identifikasi
Pada tahap ini
dilakukan identifikasi strategi yang merupakan hasil penelitian dalam inside the black box dan guidelines yang ada dalam ofsted hand book. Dalam tahap ini
teridentifikasi enam strategi, yaitu:
1. Sharing tujuan
pembelajaran dengan siswa.
2. Menolong
siswa agar dapat mengetahui dan memahami standar yang mereka ingin capai.
3. Melibatkan
siswa dalam penilaian diri.
4. Memberikan
umpan balik.
5. Memiliki
keyakinan bahwa semua siswa dapat diperbaiki.
6. Melibatkan
guru dan siswa dalam refleksi dan reviu informasi penilaian.
b. Tahap
Implementasi Strategi
Tahap ini
merupakan implementasi strategi yang diperoleh dalam praktik di kelas secara
efektif. Kegiatan yang dilakukan dalam kaitan dengan itu dapat dilihat pada
tabel berikut.
Strategi
|
Implementasi
|
Sharing
tujuan pembelajaran dengan siswa.
|
1) Informasikan
tujuan pembelajaran pada awal dan selama pelajaran dengan bahasa yang dapat
dipahami oleh siswa.
2) Gunakan
tujuan pembelajaran sebagai dasar untuk questioning
dan feedback selama pelajaran.
3) Evaluasi
umpan balik dalam kaitan dengan capai prestasi sebagai dasar dalam
merencanakan tahapan belajar berikutnya.
|
Menolong siswa agar dapat
mengetahui dan memahami standar yang mereka ingin capai.
|
1) Tunjukkan
pekerjaan siswa yang sesuai dengan kriteria, dengan eksplanasi kenapa.
2) Berikan
kriteria yang jelas yang sesuai dengan tujuan pembelajaran pada siswa.
3) Berikan
model pekerjaan sebagai contoh.
4) Menjamin
ada kejelasan dan harapan dalam menyajikan pekerjaan.
5) Menyajikan
pekerjaan siswa dengan menunjukkan prosesnya.
|
Melibatkan siswa dalam penilaian
diri.
|
1) Berikan
kesempatan pada siswa untuk mengemukakan apa yang telah dipelajari, dan kesulitan-kesulitan
yang ditemui selama pembelajaran.
2) Mendorong
siswa untuk bekerja bersama fokus bagaimana memperbaiki belajar.
3) Tanyakan
pada siswa untuk menyatakan tahapan berpikir mereka.
4) Berikan
waktu siswa untuk merefleksikan belajar mereka.
5) Identifikasi
bersama dengan siswa tahapan belajar berikutnya.
|
Memberikan umpan balik.
|
1) Memberikan
umpan balik secara langsung dan tertulis.
2) Umpan
balik secara konstruktif.
3) Identifikasi
apa yang telah dilakukan dengan baik oleh siswa, kebutuhan siswa untuk
diperbaiki dan bagaimana melakukannya.
4) Identifikasi
tahapan-tahapan belajar berikutnya untuk individu dan kelompok.
|
Memiliki keyakinan bahwa semua
siswa dapat diperbaiki.
|
1) Identifikasi
tahapan-tahapan sederhana yang memungkinkan siswa untuk melihat kemajuan
mereka, sehingga membangun kepercayaan dan kesadaran diri.
2) Membantu
siswa untuk menyatakan pikiran dan alasan mereka dalam situasi kelas yang
terjamin.
|
Melibatkan guru dan siswa dalam
refleksi dan reviu informasi penilaian.
|
1) Refleksi
dengan siswa atau pekerjaan siswa.
2) Memilih
tugas yang sesuai sehingga memperoleh kualitas informasi penilaian.
3) Memberikan
waktu pada siswa untuk merefleksikan apa yang telah mereka pelajari dan
pahami, dan untuk mengidentifikasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi siswa.
4) Memutuskan
perencanaan, evaluasi tugas-tugas secara efektif, sebagian hasil penilaian.
|
c. Tahap
Refleksi
Pada tahap ini
kegiatan yang dilakukan adalah mendorong guru untuk mengidentifikasi dan
merefleksikan aktivitas keseharian mereka dalam kelas, untuk menolong siswa
belajar melalui penjelasan harapan, umpan balik yang konstruktif, dan
mengidentifikasi tahapan belajar berikutnya.
d. Tahap
Reviu Kebijakan Penilaian dan Perencanaan Peningkatan Sekolah
Pada tahap ini kegiatan
yang dilakukan berkaitan dengan hasil yang diperoleh dari ketiga tahap
sebelumnya. Berdasarkan hasil tersebut, ditinjau kembali kebijakan penilaian
sekolah dan rencana peningkatan sekolah.
Keseluruhan
tahap pengembangan AAIA (2001) dapat digambarkan sebagai berikut.
Tahap 1. Identifikasi Strategi
Tahap 2. Implementasi Strategi
Tahap 3. Refleksi
Tahap
4. Reviu
Tahapan-tahapan
strategi pelaksanaan penilaian untuk belajar dalam kelas seperti yang tampak
pada gambar di atas, mengharuskan seorang guru untuk bersikap profesional dalam
melakukan penilaian. Profesional dalam arti bahwa guru dituntut untuk terlibat
secara aktif dalam mengakses hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan
pembelajaran dan penilaian yang terbaru, dan dijadikan sebagai dasar dalam
menyusun dan menetapkan desain penilaian. Di samping itu, seorang guru dituntut
untuk menjalin kerja sama secara periodik dengan dosen maupun praktisi
pendidikan lainya untuk melakukan berbagai penelitian tindakan kelas dalam
upaya inovasi metode dan strategi pembelajaran dan penilaian dalam konteks
kelas, sebagai upaya memecahkan berbagai permasalahan pendidikan di dalam
kelas.
E.
Penilaian untuk Belajar dan Peningkatan Standar
Pada dasarnya,
penilaian pada umumnya memiliki misi untuk memperbaiki standar, tidak sekedar
mengukur siswa. Penilaian juga harus bertindak sebagai suatu sarana untuk
meningkatkan kualitas belajar setiap siswa. Menurut pendapat Wedeen, Winter,
& Broadfoot (2002) bahwa penggunaan penilaian (untuk belajar) dalam pembelajaran
secara signifikan lebih efektif bagi guru dalam memperbaiki kualitas
pembelajaran. Agar penilaian dapat berfungsi dengan baik sesuai dengan tujuan
yang telah ditetapkan, maka sangat perlu untuk menetapkan standar yang akan
menjadi dasar dan pijakan bagi guru dan praktisi pendidikan dalam melakukan
kegiatan penilaian.
Sebagaimana yang
disarankan oleh Wedeen, Winter, & Broadfoot (2002), bahwa tindakan
ditingkat kebijakan atau ditingkat sekolah bisa memberi sumbangsih bagi
peningkatan standar, yaitu:
1. Kebijakan
harus berupa dokumen kerja yang menginformasikan pelaksanaannya.
2. Penilaian
harus memiliki target dalam rencana pengembangan sekolah.
3. Harus
ada tim yang didukung oleh kelompok kerja yang memiliki tanggung jawab untuk
meninjau kebijakan dan pelaksanaan penilaian.
4. Inovasi
dalam praktek penilaian harus digalakkan, didukung, dan dievaluasi.
5. Komentar
guru harus lebih berfokus pada pembelajaran siswa, ketimbang pada sikap, usaha,
dan perilaku.
6. Penggunaan
nilai atau angka harus ditinjau dengan cermat.
7. Cara-cara
menjelaskan kriteria penilaian kepada siswa harus dikaji dan dievaluasi.
8. Sistem
pembatasan yang meningkatkan konsistensi penilaian harus diadakan.
Penilaian untuk
belajar bila dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan standar, maka yang
pertama dan utama mesti diperhatikan adalah bagaimana merubah kultur (budaya)
yang melekat pada setiap warga sekolah. Kultur sekolah memainkan peranan yang
sangat penting dalam upaya melakukan perubahan penilaian di sekolah. Prof. Djemari
Mardapi, Ph.D pernah mengatakan bahwa perubahan penilaian ditingkat sekolah
harus didahului dengan mengubah kultur setiap warga sekolah. Pernyataan beliau
tersebut mengisyaratkan bahwa kultur sekolah merupakan masalah yang perlu
disikapi secara serius jika ingin melakukan perubahan.
F.
Pengembangan Penilaian untuk Belajar
Menurut Drs.
Harun Rasyid & Drs. Mansur, M.Pd, penilaian dapat meningkatkan standar
pencapaian siswa dalam pembelajaran. Ada empat aspek utama yang dapat
dipertimbangkan sebagai alternatif untuk meningkatkan pengajaran dan belajar
dengan menggunakan penilaian. Pandangan menurut Drs. Harun Rasyid & Drs.
Mansur, M.Pd mengenai keempat aspek tersebut adalah sebagai berikut.
Bagaimana
kebijakan bisa digunakan sebagai piranti perubahan?
Kebijakan
merupakan piranti pengelolaan yang berguna bagi sekolah, namun dalam banyak hal
pengaruhnya terhadap pelaksanaan di lapangan masih terbatas. Dalam penilitian
yang dilakukan oleh Drs. Harun Rasyid & Drs. Mansur, M.Pd pada tahun 2007
tentang keterlaksanaan penilaian pada pembelajaran matematika di Sulawesi
Selatan mendapati bahwa kebijakan penilaian, sekalipun sudah ditulis lengkap,
masih memiliki keterbatasan lingkup dan ketidakjelasan tujuan dan prinsip pada
konteks pelaksanaan dalam kelas. Fokusnya cenderung pada cara menilai hasil
pekerjaan dan cara menyusun penilaian dalam satu tahun. Kebijakan tersebut
menekankan pengumpulan dan pencatatan data tentang siswa agar bisa dinilai dan
diperbandingkan.
James (1998)
memberikan sejumlah alternatif tema yang layak dipertimbangkan dalam melakukan
penilaian untuk belajar yaitu format dan isi, implementasi, penilaian diri dan
penetapan sasaran, serta tinjauan dan perencanaan.
Dapatkah
kebijakan digunakan untuk mendorong perubahan?
Drs. Harun
Rasyid & Drs. Mansur, M.Pd menganjurkan bahwa untuk membuat perubahan yang
signifikan, standar penilaian dan peningkatan harus menjadi prioritas dalam
rencana pengembangan sekolah dan didukung dengan mekanisme perubahan yang
efektif.
Jika sekolah dan
guru ingin membuat perubahan, mereka harus berkomitmen untuk secara kontinu
mengkaji ulang cara kerja mereka dan pemahaman mereka tentang pengajaran dan
pembelajaran. Perubahan pendidikan yang sesungguhnya memerlukan lebih dari
sekedar solusi cepat yang berupa ’buku resep’ pendidikan. Sekolah dan guru
diharuskan menjadi ‘peneliti’ di kelas mereka sendiri, unuk mengidentifikasi
masalah, mencari solusi, dan mengujicobakannya dan menganalisis hasilnya.
Sekolah yang paling efektif akan mengupayakan lingkungan yang kondusif bagi
pengajuan pertanyaan dan pembelajaran dan mendorong guru untuk berbagi
pekerjaan dalam lingkungan pembelajaran yang mendukung dan menantang. Yang
membuktikan bahwa upaya itu berhasil adalah pelaku perubahan yang kuat. Jika
sebagian guru melakukan perubahan dan membuktikan bahwa anak didik mereka telah
mengalami kemajuan signifikan, maka sebagian guru yang lain cenderung akan
mengikuti jejak mereka.
Bagaimanakah
kebijakan bisa dijadikan pelaku perubahan yang lebih efektif?
Banyak sekolah
yang berupaya merasionalkan bermacam praktek penilaian yang ada, meski
pelaksanaan yang konsisten boleh jadi sulit tercapai, terutama pada sekolah
yang besar, dan dalam beberapa kasus ada alasan yang kuat bagi terjadinya
perbedaan. Salah satu cara untuk meningkatkan konsistensi adalah dengan memiliki
prosedur pembatasan reguler, termasuk penggunaan portofolio. Pembatasan juga
memungkinkan guru untuk berbagi praktek pengajaran yang baik dan merupakan
bentuk dari pengembangan profesi. Berbagi kebijakan penilaian dengan siswa
merupakan upaya yang baik dan bisa dilakukan dengan menuliskan capaian yang
diharapkan pada dinding kelas atau pada buku.
Memberi
nilai-nilai ataukah komentar?
Sistem penilaian
apapun yang digunakan, perlu diingat bahwa siswa membutuhkan pedoman yang jelas
mengenai seberapa bagus pencapaian mereka, apa yang harus mereka lakukan
selanjutnya, dan bagaimana meningkatkannya. Guru yang paling berhasil harus
selalu melakukan hal ini dengan berfokus pada apa yang diketahui dan dapat
dikerjakan oleh siswa, bukannya memberi komentar tentang sikap, upaya, atau
perilaku.
Bagaimana
perencanaan penilaian dapat meningkatkan pengajaran dan pembelajaran?
Perencanaan
jangka panjang, menengah, dan pendek sama-sama memainkan peran penting dalam
upaya membantu siswa belajar lebih efektif dan meningkatkan standar. Meski guru
semakin berkomitmen terhadap rencana jangka panjang dan jangka menengah mereka
yang menjabarkan tujuan pengajaran dan pembelajaran rencana kerja ini memiliki
kolom peluang penilaian yang kurang dimanfaatkan atau kurang menjadi perhatian.
Ini merupakan peluang yang terlewatkan, karena bila dimanfaatkan sebaik mungkin
kolom ini akan mengidentifikasi dengan jelas tujuan pembelajaran yang bisa
diterjemahkan menjadi kegiatan-kegiatan di kelas melalui rencana pengajaran
jangka pendek.
Mengidentifikasi
tujuan pembelajaran
Mengidentifikasi
tujuan pembelajaran yang jelas merupakan bagian penting dari perencanaan
penilaian, karena dapat memberi fokus pada pelajaran yang bisa diajarkan kepada
siswa pada bagian awal dan dievaluasi pada bagian akhir. Namun demikian
sepertinya banyak guru yang merasa kesulitan untuk memformulasikannya. Sering
kali perencanaan melibatkan tujuan yang teramat luas dan hasil-hasil yang
kurang mengena atau fokus yang hanya terarah pada isi bukannya pada
pengidentifikasian mengenai apa yang diperlukan berdasarkan pembelajaran atau
hasil belajar siswa.
Bagaimana
mengembangkan bermacam metode untuk mengumpulkan dan menganalisis data
penilaian?
Penilaian
kelas-peran guru
Guru membuat
penilaian tentang siswa setiap saat. Mereka berkomentar bahwa siswanya ada yang
pendiam, ada yang pekerja keras, ada yang ceria, namun ini semua merupakan
komentar tentang sikap dan perilaku, bukan tentang pembelajaran dan pencapaian.
Menggunakan
informasi yang ada
Jika guru
mendapatkan data penilaian dari guru lain atau dari penilaian formal, mereka
jarang menggunakan data tersebut karena dari hasil wawancara guru-guru
kebanyakan ingin memulai penilaian dari titik terendah.
Mengumpulkan
bukti penilaian
Dalam sebuah
pelajaran ada banyak peluang untuk mengumpulkan potongan-potongan informasi
penilaian dan memulai membuat penilaian sementara tentang siswa dan
pembelajaran. Guru disuguhi banyak sekali informasi tentang siswa bahkan
terlalu banyak untuk dibaca sembari berkonsentrasi untuk memberikan pelajaran
secara efektif. Meski begitu, beberapa bagian dari pelajaran itu lebih
ditujukan untuk mengidentifikasi seberapa banyak individu yang tahu atau telah
mempelajarinya, dan dia menyimpan informasi ini untuk digunakan nantinya dalam
merencanakan pelajaran selanjutnya.
Cara-cara
mengumpulkan bukti penilaian dan menganalisisnya
Ada banyak cara
untuk mengumpulkan bukti penilaian dan menganalisisnya, dengan metode-metode
yang digunakan secara bervariasi antara mata pelajaran dan usia siswanya.
Dibagian berikut ini, Drs. Harun Rasyid dan Drs. Mansur, M.Pd menawarkan
bagaimana mengumpulkan dan menganalisis data hasil penilaian.
Pengamatan
Dalam kehidupan
sehari-hari kita terus menerus membuat penilaian tentang orang dan menarik
kesimpulan yang sering kali didasarkan pada bukti yang sedikit. Proses
mengamati, menyimpulkan, menilai, dan memutuskan nyaris bisa berlangsung
seketika, dan kesan pertama seorang guru barangkali perlu diubah ketika ia
mengetahui lebih banyak lagi. Dalam situasi pengajaran, guru perlu menyadari
bahwa ia membuat penilaian dan mengembangkan cara-cara untuk memeriksa bahwa
penilaian itu akurat, sehingga tindakan-tindakan yang didasarkan pada penilaian
tersebut merupakan yang paling tepat bagi siswanya.
Karena itu
pengamatan mesti dilakukan secara sistematis, berfokus pada tiap-tiap anak dan
perilaku tertentu agar bisa diperoleh gambaran yang lebih jelas dan lebih
akurat. Tidaklah praktis bila ini dilakukan untuk semua siswa secara terus
menerus, namun perencanaan yang cermat dapat menciptakan peluang pengamatan
yang digunakan untuk mengecek simpulan dan penilaian dari sumber bukti lain.
Bertanya,
mendengarkan, dan berdiskusi
Ini merupakan
tiga cara alami terpenting yang digunakan oleh guru untuk membuat evaluasi
penilaian, khususnya pada setiap siswa. Keunggulan dari bertanya, mendengarkan
dan berdiskusi ialah sifatnya yang langsung, interaktif dan bisa digunakan
untuk tujuan formatif dan sumatif. Dengan demikian ketiganya berpotensi sebagai
keterampilan yang paling sensitif, halus dan berguna dalam upaya pengajaran dan
penilaian oleh guru.
Penilaian
lisan
Salah satu
bidang yang terkait adalah penggunaan penilaian lisan untuk menilai
pengetahuan, pemahaman dan penggunaan bahasa. Penilaian lisan bisa sangat
berguna untuk siswa yang mengalami kesulitan belajar tertentu.
Penilaian lisan
juga bisa digunakan untuk membantu pembelajaran melalui bermain peran atau
diskusi dalam situasi semacam ini, penilaian ini memungkinkan guru untuk
mengecek pengetahuan dan pemahaman dengan cara yang sangat fleksibel. Penilaian
lisan juga bisa digunakan untuk membantu pembelajaran melalui bermain peran
atau diskusi. Presentasi atau debat bisa memberikan wawasan yang berguna bagi
guru dan membuka jalan untuk pengajuan pertanyaan yang memungkinkan guru untuk
menggali pengetahuan, pemahaman dan pengembangan pemikiran dengan cara yang
rinci dan menyeluruh.
Menentukan
tugas
Guru menentukan
tugas siswa untuk dikerjakan setiap harinya, yang mana bisa menjadi sumber
bukti yang berharga mengenai pembelajaran siswa. Guru yang menyadari pentingnya
penilaian formatif dan potensi pengumpulan bukti dari kegiatan kelas
sehari-hari harus mampu memfokuskan tugas-tugas tersebut agar tindakan dan
prestasi siswa menunjukkan apa yang mereka ketahui, apa yang dapat mereka
kerjakan dan apa yang mereka pahami. Keterampilan guru ada pada penentuan tugas
yang tepat dan bisa dikerjakan oleh semua siswa, namun yang juga menyoroti apa
yang dipelajari oleh siswa-siswa tertentu. Kadang pemahaman siswa bisa dengan
mudah dicek dengan menggunakan pertanyaan jebakan yang bisa menguak kesalahan
memahami.
Pemberian
nilai
Cara paling
lazim bagi guru untuk memantau belajar siswa adalah dengan memberi nilai
pekerjaan yang sudah selesai, baik pekerjaan kelas maupun pekerjaan yang sudah
selesai, baik pekerjaan kelas maupun pekerjaan rumah. Agar berhasil, pemberian
nilai harus dilakukan sesegera mungkin setelah pekerjaan selesai, dengan
kehadiran siswa, jadi ketika diberikan umpan balik, pekerjaan itu masih segar
dalam ingatan siswa.
Penilaian
diri
Penilaian diri
bisa memberi pengetahuan yang bermanfaat mengenai pemikiran siswa tentang
pekerjaan mereka dan upaya mereka dalam mengerjakannya. Ini merupakan kegiatan
yang berguna (bukan hanya menghemat waktu guru), karena ini dapat membantu
pemahaman siswa mengenai pekerjaan yang mereka selesaikan dan tujuan yang
mendasarinya. Keterampilan memberi nilai untuk pekerjaan mereka sendiri
merupakan keterampilan yang diperlukan oleh siswa.
Konferensi,
perencanaan tindakan dan peninjauan kemajuan
Istilah-istilah
tersebut digunakan untuk menjelaskan bentuk-bentuk diskusi yang diperluas,
biasanya dengan tujuan dan hasil tertentu, yang berlangsung antara guru dan
siswa. Sesi-sesi tersebut memberi peluang bagi guru dan siswa untuk saling
memahami berkenaan dengan isu yang muncul (konferensi), untuk menentukan
pelajaran yang akan datang atau target-target perilaku (perencanaan tindakan)
atau membahas hasil-hasil dari upaya sebelumnya (peninjauan kemajuan).
Pengujian
berbasis pelajaran dan kognisi
Pengujian
memiliki banyak bentuk dan digunakan untuk beraneka macam tujuan. Kita sekarang
mengenal beberapa perbedaan antara jenis-jenis utama pengujian dan praktek
pengujian dan mengidentifikasi cara-cara penggunaan pengujian untuk
meningkatkan pembelajaran.
Tes
buatan guru
Tes yang dibuat
sendiri oleh guru yag berkaitan langsung dengan apa yang telah diajarkan bisa
dibedakan dari tes umum yang dimaksudkan untuk bisa diterapkan secara umum
dalam bermacam situasi. Tes guru digunakan secara luas untuk tujuan diagnosis
guna menilai sejauh mana siswa telah mempelajari unit pelajaran khusus yang
disusun secara lokal. Tes-tes tersebut juga bisa digunakan untuk menilai keefektifan
guru dalam mengimplementasikan tujuan pembelajaran khusus.
Tes
jawaban-terbuka/jawaban-tertutup
Banyak tes kelas
yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang memicu imajinasi dan kreativitas,
misalnya esai, ikhtisar, sinopsis, investigasi atau tugas pemecahan masalah.
Tes jawaban-terbuka itu sangat lazim dalam pelajaran bahasa Inggris dan
susastra, namun pelajaran-pelajaran ini juga dapat menggunakan tes tertutup
dalam kaitannya dengan masalah seperti ejaan, tanggal, ibukota atau bentuk lain
dari informasi faktual. Tes jawaban-tertutup mengasumsikan bahwa hanya ada satu
jawaban benar, contoh yang paling dikenal adalah pertanyaan pilihan-ganda.
Informasi tentang miskonsepsi atau kelemahan umum bisa didapatkan dari kedua
jenis tes itu, namun cenderung lebih kaya akan kualitas dibanding tes
jawaban-terbuka.
Tes
berbasis–komputer
Tes ini menjadi
semakin lazim. Tes ini mengidentifikasi kelebihan dan kelemahan dengan cepat
memberi guru atau siswa sebuah diagnosis masalah. Informasi ini kemudian bisa
digunakan sebagai landasan untuk merencanakan tugas selanjutnya. Kecepatan
analisis menjadikan tes ini sebagai piranti diagnostik yang berguna untuk
mengidentifikasi pemahaman dan sintesis, jika pertanyaannya bukan lagi
menyangkut hafalan, pengertian dan keterampilan.
Uiian
umum
Ujian umum dapat
menjadi sumber data penilaian, dan data itu bisa berguna bagi guru dan siswa.
Tentu saja, ujian umum sangatlah berbeda dari sebagian bentuk penilaian lain
yang telah dibahas dalam bab ini karena guru pada dasarnya mulai kehilangan
kendali atas proses tersebut. Di masalalu, proses ini biasanya tersembunyi,
namun lama kelamaan umpan balik pada kalangan guru membuat mereka lebih
mengetahui tentang proses ujian tersebut dan apa yang perlu dilakukan oleh
siswa untuk lolos ujian.
Poin-poin
tindakan mengumpulkan dan menganalisis data penilaian
Mengumpulkan dan
menganalisis data penilaian dalam proses yang sedang berlangsung yang bisa
diperbaiki jika guru:
1. Menggunakan
bermacam metode,
2. Memahami
tujuan penilaian,
3. Memahami
keterbatasan penilaian dalam menyediakan data,
4. Memiliki
waktu untuk menganalisis data secara efektif,
5. Mencatat
bukti secara sistematis dan khusus,
6. Memastikan
bahwa siswa memahami tujuan dan kriteria penilaian,
7. Melibatkan
siswa dalam proses mengumpulkan dan menganalisis data.
Apa
tujuan dari pencatatan informasi ini?
Beberapa tujuan yang paling penting
untuk pencatatan dan pelaporan adalah:
1. Memberitahukan
pengajaran mendatang
Guru memerlukan
informasi yang akurat dan relevan mengenai siswa di kelasnya agar bisa
dijadikan landasan perencanaan. Catatan tersebut harus memudahkan dalam
mencapai kecocokan yang tepat antara siswa, kurikulum, pengajaran dan
pembelajaran.
2. Mendukung
pemikiran pribadi
Dengan meninjau
catatan pencapaian siswa, terutama dalam kaitannya dengan portofolio pekerjaan,
guru dapat memikirkan tentang keberhasilan pengajaran mereka dan dapat
menggunakan informasi itu untuk mengembangkan pengajaran mereka.
3. Menyokong
kontinuitas dan kemajuan
Pertukaran
catatan antar para guru menjadi saran penting untuk memastikan adanya
kontinuitas dan kemajuan dalam pengalaman belajar siswa dari tahun ke tahun
atau antar tim penyusun mata pelajaran. Diskusi tentang bagaimana memastikan
kontinuitas antar berbagai fase di dalam sistem pendidikan adalah penting
dilakukan. Banyak departemen dan sekolah yang sekarang menyimpan portofolio
pekerjaan siswa untuk tujuan menentukan ‘tingkat’ yang disepakati dalam
penilaian guru, dan terlibat dalam penentuan target kemajuan dan perencanaan
tindakan dengan tiap siswa. Perpindahan antar sekolah bisa menyulitkan bagi
banyak siswa dan ini bisa mempengaruhi kemajuan pembelajaran mereka.
4. Memberi
sumbangsih bagi penilaian sumatif dan proses pertanggungjawaban
Catatan dan
bukti tentang pencapaian siswa menjadi semakin dibutuhkan untuk penilaian
sumatif dan untuk tujuan pertanggungjawaban. Catatan tersebut dapat membantu
sewaktu membuat laporan kepada orang tua siswa, namun juga memungkinkan untuk
menyusun indikator-indikator guru, bagian menyusun mata pelajaran, kinerja
sekolah atau LEA.
Seperti
apakah bentuk catatan atau laporannya?
Pembuatan
catatan yang akurat dan konsisten memilki arti penting bagi sekolah dan
cenderung disusun berdasarkan kebijakan tingkat sekolah. Tiap-tiap guru kelas
dapat membuat catatan pribadi, namun Drs. Harun Rasyid dan Drs. Mansur, M.Pd
menyarankan agar ini disusun oleh staf pengajar resmi, bagian penyusun mata
pelajaran, atau oleh sistem sekolah. Selama bertahun-tahun telah diketahui
bahwa sistem yang disusun secara tidak tepat dan memakan waktu cenderung akan
ditinggalkan.
Portofolio
pekerjaan siswa
Diantara bentuk
catatan yang paling berharga adalah portofolio pekerjaan setiap siswa dan
informasi penilaian, yang memberi bukti untuk memahami perkembangan dan
pencapaian siswa. Portofolio tersebut dapat mencantumkan materi dari
kegiatan-kegiatan misalnya pekerjaan kelas, pekerjaan rumah, ujian kelas, tes
kognitif, dan ujian akhir tahun, dan itu semua merupakan sumber yang baik untuk
meninjau kemajuan dan menentukan target.
Membuat
catatan tentang pemberian nilai dan komentar
Ada bermacam
bentuk alternatif dalam membuat catatan. Contohnya, catatan pribadi dari guru
bisa langsung dituliskan pada buku latihan. Catatan yang lebih formal untuk
staf pengajar, departemen/bagian atau sistem sekolah cenderung ditulis dengan
format baku yang digunakan oleh semua staf. Metode yang lebih lengkap adalah
dengan memasukkan informasi siswa ke dalam database komputer, dimana ia bisa dengan
mudah diperbaharui dan diakses dengan cepat.
Pelaporan
kepada orang tua
Laporan tertulis
kepada orang tua merupakan dokumen penting yang berisi bermacam jenis informasi
dan memiliki tujuan yang kompleks. Bagi orang tua, laporan itu merupakan sarana
utama untuk mendapatkan informasi ‘resmi’ tentang kemajuan anak-anak mereka dan
juga, secara implisit, tentang sekolah, para pengajarnya dan nilai-nilai serta
keutamaannya. Jika ditulis dengan tepat, laporan bisa mendorong orang tua untuk
bekerja sama dengan guru dan akan membina hubungan yang efektif untuk mendukung
pembelajaran siswa.
Poin-poin
tindakan
Pencatatan dan
pelaporan harus mempertimbangkan khalayak (siswa, orang tua, guru dan pihak
luar), harus dalam bentuk yang sesuai dengan khalayaknya, dan harus sesuai
dengan tujuannya (perencanaan mendatang, pemikiran pribadi, kemajuan dan
keberlanjutan, pertanggungjawaban).
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid, Harun dan
Mansur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: CV. Wacana Prima
No comments:
Post a Comment