BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pemerintah dalam meningkatkan kualitas SDM sebagaimana diamanatkan dalam
GBHN 1993 adalah dengan melaksanakan Wajib Belajar Pendidikan Belajar 9 Tahun
(Wajar Dikdas 9 Tahun). Pendidikan merupakan wahana pokok bagi pengembangan
kualitas SDM. Selain pengajaran dan latihan dalam pendidikan juga diperlukan adanya
bimbingan. Bimbingan adalah bagian penting dari pengajaran, sebab upaya
pengajaran tanpa bimbingan adalah bukanlah pengajaran yang ideal. Salah satu
bentuk bimbingan yang perlu dilakukan adalah terhadap anak yang cerdas dan
berbakat.
Anak cerdas dan berbakat memempunyai kebutuhan luar biasa dan kehausan akan
ilmu pengetahuan, memerlukan perhatian khusus dalam pengembangan potensinya. Pelayanan
pendidikan khusus bagi mereka yang cerdas dan berbakat sudah merupakan suatu
tuntutan, sebab jika mendapat pembinaan yang tepat yang memungkinkan mereka
mengembangkan kecerdasan dan keberbakatan serta kemampuan mereka secara utuh
dan optimal mereka dapat memberi sumbangan yang luar biasa kepada masyarakat.
Jika tidak mereka akan menjadi underachiever dan hal ini tidak saja merugikan
dirinya, tetapi juga merugikan masyarakat yang kehilangan bibit unggul untuk
pembangunan bangsa.
Siswa cerdas dan berbakat tumbuh dari proses interaktif antara lingkungan
yang merangsang kemampuan pembawaan dan prosesnya. Bimbingan dan pengembangan
potensi pembawaan ini akan paling mudah dan efektif jika dimulai sejak usia
dini. Untuk mendukung upaya bimbingan terhadap siswa cerdas dan berbakat, maka
perlu dirancang program bimbingan khusus agar mereka dapat menunjukkan
peningkatan yang nyata dalam prestasi sehingga tumbuh rasa kompetensi.
Berdasarkan penjelasan di atas mendorong penulis untuk melakukan
penulisan tentang bimbingan terhadap siswa cerdas dan berbakat, dengan harapan
para guru dan orang tua dapat lebih meningkatkan bimbingan terhadap para siswa
yang teridentifikasi memiliki kecerdasan dan keberbakatan, dengan membuat
rancangan program dalam rangka memenuhi kebutuhan mereka, sehingga dapat
mengembangkan potensinya sesuai dengan kecerdasan dan keberbakatan yang
dimilikinya
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam
penulisan makalah ini adalah:
1. Bagaimana ciri-ciri murid cerdas dan berbakat?
2. Bagaimana penyelenggaraan pendidikan bagi murid cerdas
dan berbakat?
3. Bagaimanakah teknik bimbingan bagi murid cerdas dan
berbakat?
4. Bagaimana penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model
bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat?
1.3 Tujuan
Adapun
yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi murid cerdas dan
berbakat.
2. Untuk
mengetahui penyelenggaraan
pendidikan bagi murid cerdas dan berbakat.
3. Untuk
mengetahui teknik bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat.
4. Untuk
mengetahui penyelenggaraan kelas unggulan sebagai model bimbingan bagi
murid cerdas dan berbakat.
1.4 Manfaat
Dari penyusunan makalah ini dapat
diperoleh manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Penulis
Bagi penulis manfaat yang diperoleh adalah penulis dapat
memperdalam pengetahuannya mengenai bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat
2. Bagi Masyarakat
Selain bagi penulis penyusunan makalah ini juga
bermanfaat bagi masyarakat. Masyarakat dapat mengetahui pentingnya bimbingan
bagi murid cerdas dan berbakat sehingga masyarakat bisa memberi dukungan bagi
murid yang
cerdas dan berbakat agar kualitas anak bangsa meningkat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Identifikasi Murid Cerdas dan Berbakat
Identifikasi
anak cerdas dan berbakat pada dasarnya dapat dilakukan sedini mungkin,
1.
Pada usia 1-2
tahun
Pada masa ini keunggulan dan kelemahan intelektual anak akan tampak
dengan mudah bila anak diberi rangsangan dengan tepat. Fungsinya ganda, yaitu
untuk mengetahui kemungkinan adanya perkembangan intelektual yang cepat dan
tidak terbatas pada bidang-bidang bakat yang khas, serta untuk mengetahui
kemungkinan adanya kecacatan pada anak.
2.
Pada usia 2-6
tahun
Identifikasi anak usia ini dapat dilakukan dengan
mengajak anak bermain pada bidang yang disenanginya. Keberbakatan anak akan
tampak dalam kemampuan menyelesaikan tugas-tugas dan berbagai persoalan tanpa
mengalami kesulitan yang berarti, serta tidak banyak memerlukan bimbingan.
Karena itu dalam usia dini, orang tua, guru, kelompok bermain, dan TK tempat
menjadi pelaksanaan atau sumber informasi utama.
3.
Pada usia 6
tahun - seterusnya
Pada masa sekolah informasi keberbakatan bisa
diperoleh dari orang tua terutama berkenaan dengan bidang-bidang yang
disenangi, dari guru terutama bidang prestasi, dan dari teman sebaya terutama bidang kepemimpinan,
kreatifitas, dan sosialisasinya.
Dalam identifikasi ini, penggunaan tes kecerdasan dan
tes lain seperti minat, kreativitas, motivasi juga penting dilakukan. Dengan
demikian pada dasarnya ada dua pendekatan untuk mengidentifikasi murid cerdas
dan berbakat, yaitu dengan cara studi kasus, dan melalui tes, atau penggabungan
keduanya. Identifikasi di sekolah dapat dilakukan melalui tahap:
1. Tahap Penjaringan (screening)
Tahap penjaringan murid cerdas dan berbakat di sekolah dapat dilakukan dengan
menganalisa data prestasi belajar, usia kronologis, nominasi oleh teman
sekelas, orang tua dan guru. Digunakan acuan usia kronologis dengan asumsi
bahwa murid cerdas dan berbakat memiliki usia lebih muda namun mampu bersaing
dan memiliki usia mental yang lebih tinggi dibanding dengan teman-teman yang
memiliki usia lebih tua. Penjaringan murid cerdas dan berbakat dimungkinkan
pula dengan nominasi oleh orang tua, guru, dan teman sekelas. Yang dapat
dilakukan dengan asumsi bahwa orang-orang terdekat dengan anak berbakat dan
cerdas, memiliki penilaian yang objektif dan intensif, hasil pengamatan yang
relative lama.
2. Tahap Seleksi (identification)
Tahap seleksi dilakukan terhadap siswa yang telah lolos tahap
penjaringan. Tahap seleksi disaring dengan menggunakan tes.
2.2 Penyelenggaraan
Pendidikan bagi Murid Cerdas dan Berbakat
Secara konvensional model-model penyelenggaraan pendidikan bagi murid yang cerdas dan
berbakat dapat
dikelompokkan ke dalam model sebagai berikut.
1. Akselerasi
(acceleration)
Model akselerasi bisa
dilakukan dalam berbagai bentuk, mulai dari memasuki SD pada usia dini, loncat
kelas, atau mengikuti bidang studi tertentu di kelas yang lebih tinggi.
2. Pengayaan (enrichment)
Model yang kedua adalah
pengayaan, yaitu dengan memberikan tugas-tugas tambahan bagi siswa yang
memiliki kemampuan unggul. Model ini dapat memenuhi harapan murid cerdas dan
berbakat dengan tidak memisahkan mereka dari teman-teman yang biasa.
3. Kelas khusus (ability
grouping)
Model ketiga adalah
pengelompokkan berdasarkan kemampuan. Model ini dapat berupa kelas khusus di
dalam sekolah, dapat pula berupa kelas khusus di sekolah khusus yang biasa disebut dengan sekolah
unggul. Adapun kelemahan dan keunggulan dari adanya pengelompokkan kecakapan ini dalam perkembangan
sosial peserta didik. Keunggulannya ialah bahwa model ini bisa memperkuat
ikatan sosial sesama anggota kelompok, tetapi di pihak lain jika tingkat
kecakapan itu berkaitan dengan status sosial ekonomi, etnis atau kelompok
berlatar belakang sama, maka model ini akan menumbuhkan klik-klik yang tidak
sehat.
4. Bimbingan Konseling
Bagi anak-anak cerdas dan
berbakat, bimbingan konseling merupakan sebuah kebutuhan. Memahami kekhasan
siswa cerdas dan berbakat serta peranan konseling dalam menangani permasalahan
yang timbul akibat kekhasannya adalah sangat penting. Dimana guru sebagai
konselor bagi siswa berkemampuan unggul sangat penting peranannya.
2.3 Teknik
Bimbingan bagi Murid Cerdas dan Berbakat
Secara kualitatif
layanan bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat akan berbeda dari
layanan bimbingan bagi anak pada umumnya. Perbedaan itu muncul karena memang
pada perbedaan kebutuhan. Layanan bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat
tetap bertolak dari pandangan tentang hakekat manusia sebagai makhluk pribadi
sosial dan makhluk
Tuhan. Dengan kata lain murid cerdas dan berbakat
dipandang sebagai suatu keutuhan pribadi sehingga program layanan bimbingan
yang dikembangkanpun mampu menyentuh semua dimensi perkembangan pribadi secara
utuh.
Sejalan dengan karakteristik dan kebutuhan yang
diuraikan sebagai hasil temuan studi, dimensi keutuhan perkembangan pribadi
yang dimaksud akan mencakup unsur-unsur berikut ini.
a. Pengembangan Ranah Kognitif/Intelektual
Pengembangan ranah ini mengandung implikasi bagi guru
untuk menyediakan rentang pengalaman belajar yang luas dan dapat
diakselerasikan dan mengakselerasikan perkembangan kognitif anak berbakat.
b. Pengembangan Ranah Afektif
Layanan bimbingan yang perlu diberikan ialah memahami
pikiran dan harapan anak berbakat dengan sikap terbuka dan membantu anak
memahami pikiran dan harapan yang ada pada dirinya serta kemungkinan pemenuhannya
di dalam kehidupan kelompok.
c. Pengembangan Ranah Fisik
Kemampuan anak berbakat yang cenderung berkembang
lebih awal dari usia pada umumnya menghendaki layanan pendidikan yang
memungkinkan anak memperoleh pengalaman memadukan pola perkembangan berpikir
dengan perkembangan fisik.
d. Pengembangan Ranah Intuitif
Funsi intuitif terlibat dalam pemunculan wawasan dan
tindakan kreatif, layanan pendidikan bagi anak berbakat perlu mempedulikan
pengembangan pengalaman yang mendorong dia untuk berimajinasi dan berkreasi. Layanan
bimbingan diberikan dalam bentuk pengembangan lingkungan belajar yang
mengahadapkan anak kepada situasi atau stimulus yang dapat menumbuhkan
disequilibrium kognisi anak sehingga mendoromg dia untuk mencari informasi baru
dan alternatif pemecahannya.
e. Pengembangan Ranah Kemasyarakatan
Layanan bimbingan yang dapat diberikan ialah membantu
anak memperoleh pengalaman mengembangkan diri menjadi anggota kelompok dan
mampu berpartisipasi
dalam proses kelompok, memperluas perasaan keanggotaan kelompok ke arah
keanggotaan kemasyarakatan, memperluas identifikasi diri dari masyarakat
terbatas ke arah identifikasi terhadap masyarakat luas.
2.4
Penyelenggaraan Kelas Unggulan sebagai Model Bimbingan
bagi Murid Cerdas dan Berbakat
2.4.1
Pengertian Kelas Unggulan
Kelas unggulan adalah kelas yang terdiri atas sejumlah
siswa yang karena prestasinya menonjol dikelompokkan di kelas tertentu pada SD
Inti (Depdikbud.1996). Program pengajaran pada kelas unggulan adalah program
pengajaran yang sesuai dengan kurikulum yang berlaku ditambah dengan pendalaman
materi matematika atau berhitung dan IPA serta pelajaran Bahasa Inggris.
Pengelompokkan ini dimaksudkan untuk memudahkan membina siswa oleh guru dalam
mengembangkan kemampuan dan potensi yang ada pada siswa seoptimum mungkin
sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
2.4.2 PBM (
Proses Belajar Mengajar) di Kelas Unggulan
PBM di kelas unggulan diupayakan memiliki keunggulan
daripada kelas biasa. Mengingat tuntutan prestasi belajar bagi siswa kelas
unggulan sangat tinggi, diperlukan adanya guru pembimbing yang tugas khususnya
mengawasi atau memantau, membimbing serta mengarahkan siswa di kelas unggulan agar
dapat berprestasi dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar siswa unggulan lebih
mendapatkan layanan pengembangan minat dan bakat yang dimilikinya.
Selain diperlukan penambahan waktu belajar di sekolah,
bahan dan sarana belajar mengajar juga sangat penting diperlukan baik untuk pegangan
siswa maupun guru. Begitu juga alat peraga dan sarana belajar lainnya
(seperti laboratorium) harus lebih memadai baik dari
segi jumlah maupun kualitasnya. Metode mengajar diharapkan dapat lebih
mengaktifkan siswa dengan merangsang siswa untuk berpikir mengembangkan
berbagai pertanyaan. Tugas-tugas PR lebih disesuaikan dengan kehendak siswa
untuk meningkatkan prestasinya. Umpan balik terhadap PBM harus sering dilakukan. Evaluasi hendaknya
benar-benar mendorong siswa untuk belajar.
2.4.3 Model-model Penyelenggaraan
Kelas Unggulan di SD
Penyelenggaraan kelas unggulan di berbagai daerah
bermacam-macam disesuaikan dengan kondisi masing-masing.
1. Penyelenggaraan Kelas Unggulan di SD Inti dalam Satu Komplek Sekolah
Model
penyelenggaraan kelas unggulan yang paling banyak adalah diselenggarakan di
SD Inti tetapi melibatkan SD-SD dalam satu kompleks.
SD-SD di luar kompleks SD tersebut meskipun ada dalam satu gugus keberatan
untuk mengikut sertakan peserta didiknya dalam kelas unggulan apalagi bagi SD
swasta.
2.
Penyelenggaraan Kelas Unggulan Kecamatan
Penyelenggaraan
kelas unggulan di SD Inti di kota kecamatan dengan menampung siswa terbaik dari
SD-SD di seluruh kecamatan.
3.
Penyelenggaraan Kelas Unggulan dalam Satu Komplek Secara Bergiliran
Pada model penyelenggaraan
kelas unggulan diselenggarakan di SD satu kompleks secara bergiliran.
4.
Penyelenggaraan
Kelas Unggulan pada Seluruh Jenjang Kelas
Model ini
menyelenggarakan kelas unggulan pada seluruh jenjang kelas dengan menambah
waktu belajar selama dua jam pelajaran.
2.4.4 Kelebihan
dan Kekurangan Model Kelas Unggulan
Model kelas unggulan memungkinkan guru mengembangkan
suasana belajar kompetitif sehingga terjadi persaingan sehat antar siswa dalam
memperoleh prestasi terbaik. Menurut hasil penelitian Muliyono
(Mimbar Pendidikan No. 4 Tahun XI Desember 1992:22)
suasana belajar kompetitif unggul atas suasana belajar kooperatif. Jika
kemampuan dan kecerdasan peserta didik homogen. Namun di sisi lain model
pengelompokkan berdasarkan kemampuan dikhawatirkan akan menumbuhkan sikap
eksklusif, elitisme, memiliki perasaan yang berbeda dari yang lain, dan bahkan
bisa menjadi besar kepala. Studi Hallinan dan Sorensen
(dalam Sunaryo Kartadinata. 1993/.45) menunjukkan
bahwa pengelompokkan kecakapan ini memiliki keunggulan dan kelemahan dalam perkembangan sosial peserta didik. Keunggulannya
ialah bahwa model ini bisa memperkuat ikatan sosial sesama anggota kelompok, tetapi di pihak lain jika tingkat
kecakapan itu berkaitan dengan status sosial ekonomi, etnis atau kelompok berlatarbelakang
sama maka model ini akan menumbuhkan klik-klik yang tidak sehat.
2.4.5 Bimbingan bagi Siswa
Kelas Unggulan
Bertolak dari antisipasi terjadinya dampak negatif penyelenggaraan kelas unggulan maka penulis
mengajukan gagasan agar siswa kelas unggulan tetap merupakan siswa dari kelas
biasa di sekolah masing-masing atau lazim dikenal dengan pull out enrichment.
Alternatif pertama: Siswa unggul bergabung dalam kelas unggulan hanya dalam kurikulum plus,
yaitu: mata pelajaran matematika atau berhitung, IPA dan bahasa Inggris. Alternatif kedua: Unggul bergabung dalam kelas unggulan pada setiap mata
pelajaran matematika atau berhitung, IPA dan Bahasa Inggris baik dalam pelaksanaan
kurikulum biasa maupun kurikulum plus.
Keunggulan model ini adalah siswa unggul berbaur
dengan siswa biasa, siswa tidak merasa elit dan perkembangan sosial anak tidak
terganggu. Secara administrative SD imbas tidak merasa ditinggalkan oleh siswa-siswa terbaiknya.
Sekiranya penyelenggaraan kelas unggulan tetap dilakukan seperti gagasan pemerintah dipusatkan dalam
kelas khusus di SD Inti, hendaknya dari sejak awal direncanakan program
bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Tujuan dan bimbingan
konseling anak berbakat adalah membantu perkembangan pribadi mereka dalam
menyingkirkan halangan emosional, lingkungan, serta membantu agar mampu menggunakan kemampuannya
seoptimal mungkin.
Sekaitan dengan bimbingan dan konseling murid cerdas
dan berbakat perlu dipahami bahwa pencegahan masalah lebih penting dari remidi.
Oleh karena itu model bimbingan konseling yang dikembangkan adalah model
bimbingan dan konseling perkembangan atau development
mental counseling.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan beberapa hal sebagai
berikut.
1. Identifikasi anak cerdas dan berbakat pada dasarnya
dapat dilakukan sedini mungkin, dengan dua cara yaitu
tahap penjaringan dan tahap seleksi.
2.
Ada empat model penyelenggaraan pendidikan bagi murid yang cerdas dan
berbakat, yaitu: Model Akselerasi, Pengayaan,
Kelas Khusus, dan Bimbingan Konseling
3. Teknik bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat
berbeda dari bimbingan murid pada umumnya.
4.
Penyelenggaraan kelas
unggulan sebagai model bimbingan bagi murid cerdas dan berbakat sangat penting
adanya.
3.2 Saran
Berdasarkan penyusunan makalah ini
saran yang dapat penulis sampaikan kepada pembaca agar sebaiknya
pelayanan pendidikan khusus bagi mereka yang cerdas dan berbakat ditingkatkan, sebab jika mendapat pembinaan yang tepat yang memungkinkan mereka
mengembangkan kecerdasan dan keberbakatan serta kemampuan mereka secara utuh
dan optimal, mereka dapat memberi sumbangan yang
luar biasa kepada masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Kartadinata,
Sunaryo dkk. 1998. Bimbingan di Sekolah
Dasar. Jakarta: Dirjen Dikti Depdikbud
No comments:
Post a Comment