ASAM, BASA DAN GARAM
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering menemukan rasa pahit,
getir, asam, asin dan manis pada makanan atau minuman yang kita cicipi. Pada
dasarnya rasa makanan, minuman atau zat tertentu yang terasa asam, pahit,
getir, asin dan manis disebabkan karena sifat zat tersebut, yaitu sifat yang
berkaitan dengan asam, basa dan garam. Rasa asam terkait dengan suatu zat yang
dalam ilmu kimia digolongkan sebagai asam. Rasa pahit terkait dengan bahan lain
yang digolongkan sebagai basa. Namun, tidak semua yang mempunyai rasa pahit
merupakan basa.
Basa dapat dikatakan sebagai lawan dari asam. Jika asam
dicampur dengan basa, maka kedua zat itu saling menetralkan, sehingga sifat
asam dan basa dihilangkan. Hasil reaksi antara asam dengan basa kita sebut
garam.
A.
Penyadapan
Tuak
Tuak telah dikenal di Indonesia sejak zaman dahulu
kala. Tuak mengandung alkohol (etil alkohol), sehiungga kalau diminum terlalu
banyak dapat menyebabkan mabuk. Salah satu podusen tuak di kabupaten buleleng
adalah di desa Bungkulan. Tuak dari desa Bungkulan dibuat dari nira enau yang
dibiarkan secara alami. Tuak yang diminum setelah melalui proses fermentasi,
berasal dari tangkai tandan bunga jantan dan betina penghasil nira. Bila
diproses lebih lanjut, bisa juga sebagai penghasil cuka.
1.
Alat-alat
Penyadapan Tuak
Bahan:
a.
Pohon siwalan yang tandan bunganya tidak
terlalu tua atau muda.
b.
Akar kesambi (akar kesambi yang telah
dikeringkan dan direndam dalam cuka selama satu malam).
c.
Cuka
Alat
:
a.
Parang.
Alat ini digunakan untuk pembersihan tandan bunga jantan.
b.
Pisau.
Alat ini digunakan untuk mengiris tandan bunga jantan yang disadap.
c.
Penjepit
kayu. Digunakan untuk menjepit tandan bunga.
d.
Ember.
Alat ini digunakan untuk menampung nira yang menetes dari sayatan bunga jantan.
Bumbung ini terbuat dari bambu dengan isi 7-10 liter.
2.
Proses
Pembuatan Tuak
a.
Pembersihan tandan. Ijuk yang ada
disekitar tandan disingkirkan agar tidak mengganggu proses keluarnya nira.
b.
Tandan bunga dijepit dengan penjepit
kayu selama 3 hari dan dibungkus dengan karung plastik.
c.
Setelah 3 hari, potong tandan bunga yang
dibungkus karung dan nira ditampung dalam ember yang telah ditambahakan dengan
akar kesambi.
d.
Nira yang telah ditambahkan dengan akar
kesambi inilah yang disebut tuak.
3.
Teknik
Pemisahan Campuran pada Tuak
Pemisahan dengan cara filtrasi
bertujuan untuk memisahkan zat padat dari zat cair dalam suatu campuran
berdasarkan perbandingan wujudnya. Alat yang kita gunakan untuk menyaring
disebut penyaring. Ukuran penyaring disesuaikan dengan ukuran zat yang akan
disaring.
Teknik pemisahan campuran pada tuak
dilakukan dengan cara filtrasi. Teknik ini dilakukan untuk memisahkan endapan
yang terdapat pada tuak dengan larutan tuak. Penyaringan tuak perlu dilakukan
untuk mempertahankan rasa manis yang terdapat pada tuak. Jika proses
penyaringan tidak dilakukan maka rasa manis pada tuak akan berubah menjadi rasa
asam hingga akhirnya menjadi cuka.
4.
Kandungan
Tuak
Tuak
segar mempunyai rasa manis, berbau harum dan tidak berwarna. Rasa manis pada
tuak disebabkan adanya gula (sukrosa, fruktosa, glukosa). Selain gula, tuak juga
mengandung bahan lain yaitu alkohol, air, protein, lemak, pati dan abu.
5.
Teknik
Pemisahan Kandungan Tuak
Destilasi merupakan metode pemisahan
untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair yang terkotori oleh zat padat
atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Dasar pemisahan adalah
titik didih yang berbeda. Bahan yang dipisahkan dengan metode ini adalah bentuk
larutan atau cair, tahan terhadap pemanasan, dan perbedaan titik didihnya tidak
terlalu dekat. Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan
pada suhu diantara titik didih bahan
yang diinginkan. Pelarut bahan yang diinginkan akan menguap, uap dilewatkan
pada tabung pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah.
Bahan hasil pada proses ini disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu.
Secara singkat dapat dijelaskan bahwa proses destilasi yang
dilakukan untuk memisahkan kandungna alkohol dari tuak ialah dengan memanasakan
tuak terlebih dahulu, seperti yang telah dipaparkan sebelumnya. Kemudian uap
yang dihasilkan akan didinginkan oleh kondensor sehingga uap yang diperoleh
dapat diubah menjadi cairan kembali.
Hasil destilasi yang berupa cairan
alkohol yang telah diperoleh ditampung pada labu yang tersambung pada
kondensor. Alkohol yang diperoleh karena pemisahan zat-zat kimia pada tuak pada
dasarnya disebabkan karena adanya perbedaan titik didih pada setiap zat yang
terkandung pada tuak. Zat yang memiliki titik didih terendah tentunya akan
menguap terlebih dahulu. Dimana pada cairan nira, alkohol merupakan zat yang
memiliki titik didih paling rendah yaitu 78oC jika dibandingkan
dengan titik didih air yang terkandung pada tuak. Sehingga apabila telah muncul
kerak-kerak pada dinding labu penyimpan tuak, proses destilasi dihentikan
karena zat-zat yang mengendap tersebut dapat dipastikan bukan alkohol karena
alkohol tentunya tidak dapat mengendap.
B.
Proses
Pembuatan Cuka dari Tuak
Proses
kerusakan nira dapat terjadi sejak cairan keluar dari bahan yang disadap atau
diekstraksi. Ini akibat pemakaian alat
penyadap dan atau wadah penampung nira (ember) yang kurang bersih. Meskipun
demikian nira yang steril pun tidak dapat disimpan lama karena akan mengalami
proses fermentasi. Pada proses fermentasi akan terjadi perubahan komposisi
kimia nira terutama kandungan sukrosa menjadi gula reduksi
(fruktosa/glukosa).
Mikroorganisme
yang sering menyebabkan kerusakan nira adalah bakteri dan jamur. Jenis bakteri penyebab kerusakan adalah
Enterobacter aerogenes, Leuconostoc
(menyebabkan terbentuknya zat seperti benang pada nira), Pseudomonas flourescens,
Alcaligenes dan Flavobacterium (penyebab keruh, suram dan warna kehijauan), Micrococeus,
Escherichia dan Acetobacter sp. (penyebab asam). Jamur terdiri dari jenis
khamir (ragi) Saccharomyces cerevisiae dan Monillia.
Monosakarida
dalam bentuk glukosa/fruktosa (C6H12O6) dapat
langsung terfermentasi, tetapi disakarida seperti sukrosa (C12H22O11)
harus dihidrolisa dahulu menjadi glukosa atau fruktosa. Rekasi kimia yang
terjadi dalam proses fermentasi nira adalah
sebagai berikut :
Pada
reaksi ini terjadi proses fermentasi yang menghasilkan alkohol dan dilepaskannya
CO2.
Pada
reaksi ini terjadi penguraian sejumlah alkohol menjadi asam asetat apabila terjadi oksidasi atau adanya
aktivitas Acetobacter sp. Perubahan atau
reaksi (1) sampai (2) merupakan kegiatan mikroorganisme (ragi)
Saccharomyces sp. Sedangkan produk (C2H5OH) dari proses
(2) sampai reaksi (3) merupakan kegiatan
bakteri Acetobacter sp.
1.
Sifat-sifat
Cuka
Asam cuka memiliki struktur kimia sebagai berikut: CH3COOH
mempunyai nama lain etanoat, asam asetat, asam karboksilat atau asam organik
lemah yang merupakan zat cair yang tidak berwarna dan berbau khas.
Sifat-sifat
kimia asam cuka, meliputi:
a. keasaman, atom hidrogen pada gugus
karboksil (-COOH) dalam asam karboksilat seperti asam cuka dapat dilepas
sebagai ion H(+), sehingga memberikan sifat asam.
b. sebagai pelarut, asam cuka cair
adalah pelarut protik hidrofilik (polar), mirip seperti air dan etanol. asam
cuka memiliki konstanta dielektrik 6.2, sehingga dapat melarutkan senyawa polar
dengan baik seperti garam anorganik, gula dan senyawa non polar seperti minyak
dan unsur-unsur seperti sulfur dan iodin.
c. Reaksi-reaksi kimia, asam cuka
bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi, magnesium, dan seng,
membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat.
2.
Reaksi
Cuka dengan Basa
a. Reaksi antara cuka (CH3COOH)
dengan basa kuat (NaOH)
Persamaan Reaksi:
CH3COOH(aq) + NaOH(aq) → CH3COONa(aq) + H2O(l)
Reaksi ionnya :
CH3COO- +
Na+ → CH3COONa
H+ + OH-
→ H2O
CH3COONa merupakan
larutan garam yang bersifat basa yaitu terbentuk dari asam lemah dan basa kuat.
b. Reaksi antara cuka (CH3COOH)
dengan basa lemah (NH3)
Persamaan Reaksi:
CH3COOH(aq) + NH3(aq) → CH3COONH4(aq)
CH3COONH4
merupakan larutan garam yang bersifat netral yaitu terbentuk dari asam lemah
dan basa lemah.
3. Reaksi Cuka dan Alkohol
Reaksi
antara cuka dan alkohol akan menghasilkan etil asetat. Etil asetat disintesis melalui
reaksi esterifikasi Fischer dari asam asetat
dan etanol dan
hasilnya beraroma jeruk (perisa sintesis), biasanya dalam sintesis disertai
katalis asam seperti asam sulfat.
Reaksi
diatas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan kimia.
Karena itu, rasio hasil dari reaksi diatas menjadi rendah jika air yang
terbentuk tidak dipisahkan. Di laboratorium,
produk etil asetat yang terbentuk dapat dipisahkan dari air dengan menggunakan aparatus Dean-Stark.
Senyawa
ini merupakan ester dari etanol dan asam asetat.
Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Senyawa ini sering
disingkat EtOAc, dengan Et mewakili gugus
etil dan OAc mewakili asetat. Etil asetat diproduksi dalam skala besar sebagai
pelarut.
Etil
asetat adalah pelarut
polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak
beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan
hidrogen yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif
seperti flor, oksigen, dan nitrogen. Etil
asetat dapat melarutkan air
hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8%
pada suhu
kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian,
senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.
No comments:
Post a Comment