Latar Belakang
Perkembangan dunia digital yang begitu pesat memberikan banyak sumbangsih bagi kemajuan peradaban di dunia. Berbagai kemajuan yang dirasakan tidak hanya dapat digunakan oleh orang dewasa, melainkan anak-anak juga bisa menikmatinya dengan cara yang lebih sederhana. Salah satu tantangan akibat kemajuan perkembangan di era digitalisasi yang dihadapi adalah dalam pendidikan karakter anak, khususnya kemerosotan nilai moral dan budaya yang terjadi di lingkungan masyarakat. Tantangan ini menjadi salah satu tantangan yang sangat serius dan jika hal ini tidak diawasi dan dikontrol maka akan berdampak pada penyimpangan perilaku anak.
Sekolah diibaratkan sebagai tanah tempat bercocok tanam sehingga seorang guru perlu mengusahakan agar sekolah menjadi sebuah lingkungan yang menyenangkan, aman, nyaman untuk bertumbuh, serta dapat menjaga dan melindungi setiap murid dari hal-hal yang kurang bermanfaat, atau bahkan mengganggu perkembangan potensi murid. Dengan demikian, salah satu tanggung jawab seorang guru adalah bagaimana menciptakan suatu lingkungan positif yang terdiri dari warga sekolah yang saling mendukung, saling belajar, saling bekerja sama sehingga tercipta kebiasaan-kebiasaan baik. Dari kebiasaan-kebiasaan baik akan tumbuh menjadi karakter-karakter baik warga sekolah dan pada akhirnya karakter-karakter dari kebiasaan-kebiasaan baik akan membentuk sebuah budaya positif.
Sekolah adalah suatu tempat belajar dan menumbuhkembangkan karakter murid. Untuk itu diperlukan adanya lingkungan sekolah yang aman dan nyaman yang memberikan keleluasaan kepada semua warga sekolah untuk mengekspresikan diri. Dengan situasi yang nyaman akan mempermudah bagi sekolah untuk menuntun dan mengembangkan budaya positif yang dapat mendukung ketercapaian tujuan pendidikan yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Sejalan dengan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara bahwa pembelajaran di sekolah harus bisa membuat murid memperoleh kebahagiaan yang setinggi-tingginya, maka diperlukan adanya budaya positif di sekolah.
Untuk itulah menciptakan lingkungan positif agar terbentuk suatu budaya positif adalah suatu proses perjalanan pendidikan yang harus kita jalani, karena ini merupakan tanggung jawab kita sebagai seorang pendidik, sebagai seorang pemimpin pembelajaran. Suatu lingkungan yang aman dan nyaman akan memberikan murid kesempatan dan kebebasan untuk berproses, belajar, membuat kesalahan, belajar lagi, sehingga mampu menerima dan menyerap suatu pembelajaran. Perlu diingat, selama seseorang merasakan tekanan-tekanan dari lingkungannya, maka proses pembelajaran akan sulit terjadi. Dan salah satu tanggung jawab kita sebagai pendidik adalah menghilangkan atau ‘mencabut’ gangguan-gangguan yang menghalangi proses pengembangan potensi murid.
Dengan penanaman budaya positif, hal-hal baik akan dimunculkan dalam berbagai kegiatan. Semua itu dapat diciptakan mulai dengan pembuatan keyakinan kelas yang merupakan hasil kesepakatan bersama antara guru dan murid. Saya berkesempatan untuk mengimplementasikan pemahaman saya terkait budaya positif yang dapat membantu murid belajar dengan aman dan nyaman sesuai filosofi KHD. Di kelas, saya dan murid-murid merevisi kesepakatan kelas yang telah dibuat di awal tahun ajaran baru menjadi keyakinan kelas dengan menekankan pada nilai-nilai kebajikan. Tidak hanya itu, saya juga akan mendapat kesempatan untuk membagikan pemahaman dan pengalaman kepada guru-guru SD No. 4 Ungasan di komunitas belajar sekolah.
Tujuan
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman guru tentang budaya positif sekolah serta menjadikan murid menghargai keyakinan kelas sebagai upaya menumbuhkan disiplin positif pada murid SD No. 4 Ungasan.
Tolak Ukur
1. Guru dapat memahami kebutuhan dasar manusia dan posisi kontrol.
2. Guru dapat menerapkan segitiga restitusi.
3. Guru dapat meninjau ulang dan membuat keyakinan kelas.
Linimasa Tindakan yang akan Dilakukan
1. Menginformasikan kepada kepala sekolah mengenai rencana pengimbasan dan menentukan jadwal yang tepat.
2. Pelaksanaan pengimbasan dengan kepala sekolah, guru dan pegawai SD No. 4 Ungasan.
3. Melakukan refleksi dan tindak lanjut bersama peserta di akhir sesi pengimbasan.
4. Guru dan murid membuat/meninjau kembali keyakinan kelas yang pernah dibuat di kelas masing-masing.
Dukungan yang Dibutuhkan
1. Kolaborasi kepala sekolah, rekan guru, pegawai dan murid untuk sama-sama membangun budaya positif di sekolah secara berkelanjutan.
2. Kolaborasi dengan orang tua untuk dapat menerapkan juga disiplin positif di rumah sehingga anak memiliki keyakinan dan kesadaran akan penerapan disiplin berdasarkan motivasi internal dan memiliki karakter yang kuat sesuai Profil Pelajar Pancasila.
Berikut dokumentasi Aksi Nyata yang dapat bapak/ibu guru ATM (Amati Tiru Modifikasi) dengan menyesuaikan di lingkungan/instansi bapak/ibu guru bertugas.
Adapun materi pengimbasan budaya positif yang saya berikan kepada bapak/ibu guru di sekolah dapat di akses pada link di bawah ini. Pengimbasan yang dilakukan berupa pemahaman saya terhadap konsep-konsep kunci dalam Modul Budaya Positif, yaitu perubahan paradigma belajar, disiplin positif, motivasi perilaku manusia, kebutuhan dasar, posisi kontrol restitusi, keyakinan kelas dan segitiga restitusi, serta pengalaman dan pembelajaran yang saya dapat setelah menerapkan konsep-konsep kunci tersebut di kelas.
https://drive.google.com/file/d/1XP0pqvf7GgC4rcfvtkAhEhx8rCnOTcNX/view?usp=sharing
Semoga praktik baik ini dapat bermanfaat dan diterapkan di sekolah bapak/ibu guru masing-masing. Saya mohon maaf apabila ada kesalahan kata. Akhir kata saya ucapkan terimakasih.
No comments:
Post a Comment