Tuesday, March 19, 2013

Penulisan Karya Tulis Ilmiah


1.1  Pengertian Karya Tulis Ilmiah
Ada berbagai definisi tentang karya ilmiah, diantaranya sebagai berikut.
1)      Dalam buku yang di tulis Drs.Totok Djuroto dan Dr. Bambang Supriyadi disebutkan bahwa karya ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya.
2)      Menurut Brotowidjoyo, karya ilmiah karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar.
3)      Menurut Hery Firman, karya ilmiah adalah laporan tertulis dan di publikasikan dipaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang telah dilakukan oleh seorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan.
Dari berbagai macam pengertian karya ilmiah di atas dapat disimpulkan, bahwa yang dimaksud karya ilmiah dalam makalah ini adalah, suatu karangan yang berdasarkan penelitian yang ditulis secara sistematis, berdasarkan fakta di lapangan, dan dengan menggunakan pendekatan metode ilmiah. Karya ilmiah, suatu tulisan yang didalamnya membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyedikan, pengamatan, pengumpulan data yang dapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah, yang dikatakan dengan pemikiran ilmiah di sini adalah pemikiran yang logis dan empiris.

1.2  Tujuan dan Manfaat Penulisan Karya Ilmiah
A.    Tujuan Karya Ilmiah
1)      Sebagai wahana melatih mengungkapkan pemikiran atau hasil penelitiannya dalam bentuk tulisan ilmiah yang sistematis dan metodologis.
2)      Menumbuhkan etos ilmiah di kalangan mahasiswa, sehingga tidak hanya menjadi konsumen ilmu pengetahuan, tetapi juga mampu menjadi penghasil (produsen) pemikiran dan karya tulis dalam bidang ilmu pengetahuan, terutama setelah penyelesaian studinya.
3)      Karya ilmiah yang telah ditulis itu diharapkan menjadi wahana transformasi pengetahuan antara sekolah dengan masyarakat, atau orang-orang yang berminat membacanya.
4)      Membuktikan potensi dan wawasan ilmiah yang dimiliki mahasiswa dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah dalam bentuk karya ilmiah setelah yang bersangkutan memperoleh pengetahuan dan pendidikan dari jurusannya.
5)      Melatih keterampilan dasar untuk melakukan penelitian.
B.     Manfaat Karya Ilmiah
1)      Melatih untuk mengembangkan keterampilan membaca yang efektif;
2)      Melatih untuk menggabungkan hasil bacaan dari berbagai sumber;
3)      Mengenalkan dengan kegiatan kepustakaan;
4)      Meningkatkan pengorganisasian fakta/data secara jelas dan sistematis;
5)      Memperoleh kepuasan intelektual;
6)      Memperluas cakrawala ilmu pengetahuan;
7)      Sebagai bahan acuan/penelitian pendahuluan untuk penelitian selanjutnya


1.3  Letak Keilmiahan dari Sebuah Karya Tulis Ilmiah
Telah dibahas sebelumnya bahwa menurut Djuroto dan Bambang (2003:12-13), karya tulis ilmiah adalah suatu tulisan yang membahas suatu masalah. Pembahasan itu dilakukan berdasarkan penyelidikan, pengamatan, pengumpulan data yang didapat dari suatu penelitian, baik penelitian lapangan, tes laboratorium ataupun kajian pustaka. Maka dalam memaparkan dan menganalisis datanya harus berdasarkan pemikiran ilmiah. Pemikiran ilmiah adalah pemikiran yang logis dan empiris. Logis artinya masuk akal, sedangkan empiris adalah dibahas secara mendalam, berdasarkan fakta yang dapat dipertanggung jawabkan (dapat dibuktikan).
Pemikiran ilmiah pada lingkup keilmuan, terdiri dari dua tingkatan yaitu, tingkat abstrak dan tingkat empiris. Pemikiran ilmiah tingkat abstrak berkaitan dengan penalaran. Pada tingkatan ini, pemikirannya bebas tetapi sedikit terikat dengan waktu atau ruangan. Sedangkan pemikiran empiris berkaitan dengan pengamatan. Karena berkaitan dengan pengamatan, maka pemikiran empiris ini sangat terkait dengan waktu dan ruangan. Boleh jadi pemikiran empiris ini dilakukan dalam waktu dan ruangan tertentu.
Dalam proses pemikiran ilmiah seseorang selalu memulai dengan apa yang disebut pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah, merupakan gabungan dari dua pendekatan yaitu pendekatan induktif dan pendekatan deduktif. Pemahaman terhadap pendekatan induktif dan deduktif ini perlu dilakukan secara bersama, karena hasil yang dicapai dari kedua pendekatan itu berbeda.
Pendekatan induktif adalah pengalaman atau pengamatan seseorang pada tingkat empiris, menghasilkan konsep, memodifikasi model hipotesis menjadi teori, dan bermuara di tingkat abstrak. Pendekatan deduktif merupakan titik tolak penalaran serta perenungan di tingkat abstrak, yang menghasilkan pengukuran konsep serta pengujian hipotesis. Karya tulis ilmiah merupakan serangkaian kegiatan penulisan berdasarkan hasil penelitian, yang sistematis berdasar pada metode ilmiah, untuk mendapatkan jawaban secara ilmiah terhadap permasalahan yang muncul sebelumnya. Banyak cara untuk menemukan jawaban dari penelitian tersebut. Untuk memperjelas jawaban ilmiah terhadap permasalahan atau pertanyaan yang ada dalam penelitian, penulisan karya ilmiah harus menggali khazanah pustaka, guna melengkapi teori-teori atau konsep-konsep yang relevan dengan permasalahan yang ingin dijawabnya. Untuk itu penulisan karya ilmiah harus rajin dan teliti dalam hal membaca dan mencatat konsep-konsep serta teori-teori yang mendukung karya tulis ilmiahnya.




1.4  Sikap Ilmiah Seorang Penulis
Seorang penulis dapat dikatakan memiliki sikap ilmiah jika ia memiliki sikap sebagai berikut.
1)      Sikap ingin tahu bertanya mengapa, apa, dan bagaimana;
2)      Sikap kritis mencari informasi sebanyak mungkin;
3)      Sikap terbuka menerima pendapat orang lain;
4)      Sikap objektif menyatakan apa adanya;
5)      Sikap menghargai orang lain mengutip karangan orang lain dengan mencantumkan nama pengarang;
6)      Sikap berani mempertahankan hasil penelitian;
7)      Sikap futuristik mengembangkan ilmu pengetahuan lebih jauh.


2        Alasan Seseorang Menulis Karya Ilmiah
Pada dasarnya semua ilmu ataupun teknologi yang ada di dunia ini, perlu diteliti, ditingkatkan dan dikembangkan fungsi dan peranannya untuk melahirkan perubahan. Karena yang kekal di dunia ini hanya satu, yaitu perubahan. Perubahan yang positif melahirkan kemajuan dan kemajuan inilah yang dituntut oleh ilmu pengetahuan. Tanpa kemajuan, kehidupan di dunia tidak ada artinya sama sekali.
Salah satu cara untuk mencapai kemajuan adalah dengan melakukan pengamatan, pengkajian, dan penelitian dari sumber ilmu tersebut yang dituangkan dalam bentuk karya tulis ilmiah. Salah satu tugas para ilmuwan (scientists) atau para pandit (scolars) adalah memaparkan hasil kajian, pengamatan atau penelitiannya kepada masyarakat luas.
Penulisan karya ilmiah diharapkan dapat membantu para cendekiawan untuk menemukan sesuatu yang baru, guna menunjang peningkatan taraf kehidupan masyarakat secara luas. Pada lingkungan perguruan tinggi karya ilmiah berupa skripsi digunakan untuk meraih gelar sarjana (S1), tesis digunakan untuk magister (S2), dan disertasi untuk gelar doktor (S3). Sedangkan bagi pejabat fungsional, karya tulis ilmiah merupakan persyaratan untuk mendapatkan angka kredit bagi kenaikan jabatannya.
Sebenarnya kegunaan penulisan karya ilmiah bukan hanya sekadar untuk mendapatkan gelar atau memperoleh kredit point untuk kenaikan jabatan, tetapi tujuan utama dibuatnya karya tulis ilmiah adalah untuk mendokumentasikan hasil-hasil penelitian yang berhasil mendapatkan atau membuktikan kebenaran ilmiah. Mungkin yang tidak sama adalah gradasi kebenaran ilmiah yang ingin atau berhasil dicapai oleh seseorang. Bagi seorang peneliti profesional, keuntungan yang paling besar dan berharga dari semua karyanya adalah jika ia menemukan kebenaran ilmiah yang kemudian dibukukan. Penemuan kebenaran ilmiah yang kemudian dibukukan dalam karya tulis ilmiah ini bertujuan adalah (1) pengakuan scientific objective untuk memperkaya khazanah ilmu pengetahuan, dengan pemaparan teori-teori baru yang sahih serta terandalkan, (2) pengakuan practicial objective guna membantu pemecahan problema praktisi yang mendesak.


1.5  Klasifikasi Karya Tulis Ilmiah
Pada prinsipnya semua karya tulis ilmiah itu sama yaitu hasil dari suatu kegiatan ilmiah. Yang membedakan hanyalah materi, susunan, tujuan serta panjang pendeknya karya tulis ilmiah tersebut. Untuk membedakan jenis atau macam karya tulis ilmiah dipakai beberapa sebutan, seperti laporan praktikum, naskah berkala, laporan hasil studi lapangan, texbook, hand out, paper, pra skripsi, tesis dan disertasi.
Penentuan jenis atau macam karya ilmiah biasanya disesuaikan dengan keperuntukan karya ilmiah tersebut. Secara garis besar, karya ilmiah diklasifikasikan menjadi dua, yaitu karya ilmiah pendidikan dan karya ilmiah penelitian. Karya ilmiah pendidikan digunakan sebagai tugas untuk meresume pelajaran, serta sebagai persyaratan mencapai suatu gelar pendidikan yang meliputi (1) paper (karya tulis) adalah karya ilmiah berisi ringksan atau resume dari suatu mata kuliah tertentu atau ringkasan dari suatu ceramah yang diberikan oleh dosen kepada mahasiswanya. Tujuannya melatih mahasiswa untuk mengambil intisari dari mata kuliah atau ceramah yang diajarkan. Karena baru tahap untuk latihan, materi tulisannya juga masih sederhana, yaitu hanya berupa catatan poin-poin yang dianggap penting dari mata kuliah atau ceramah tersebut, kemudian dirangkai dalam susunan kalimat menjadi suatu karya tulis agar mudah dimengerti dan dipahami; (2) skripsi adalah karya tulis ilmiah pendidikan yang digunakan sebagai persyaratan mendapatkan gelar sarjana (S1). Istilah skripsi berasal dari kalimat deskripsi (description) yang berarti memberikan gambaran tentang suatu masalah yang dibahas dengan memaparkan data serta pustaka untuk menghasilkan kesimpulan. Pembahasan dalam skripsi harus dilakuakn mengikuti pemikiran ilmiah yaitu logis dan empiris; (3) tesis adalah suatu karya ilmiah pendidikan yang diperuntukannya sebagai salah satu persyaratan bagi mahasiswa pascasarjana untuk mendapatkan gelar magister (S2). Istilah tesis berasal dari kata sinthesa (sinthation). Skripsi bertujuan mendeskripsikan ilmu, maka tesis bertujuan mensinthesakan ilmu yang diperoleh dari perguruan tinggi, guna memperluas khazanah ilmu yang didapatkan di bangku kuliah. Perluasan khazanah itu terutama berupa temuan baru hasil dari suatu penelitian. Itu sebabnya penulisan skripsi dan tesis harus berdasarkan hasil penelitian ilmiah; (4) disertasi (dissertation) adalah suatu karya tulis ilmiah yang mempunyai sumbert utamanya berupa penyelidikan laboratorium, atau penelitian lapangan. Jadi disertasi harus menghasilkan suatu temuan baru, baik dari ilmua soasial maupun ilmu eksakta. Di kalangan perguruan tinggi, karya tulis ilmiah disertasi merupakan tugas akhir yang dibebankan kepada seorang mahasiswa dari perguruan tingginya untuk meraih gelar doktor. Itu sebabnya seorang doktor harus menemukan sesuatu yang dapat menunjang perkembangan ilmu pengetahuan.
Berbeda dengan penulisan skripsi atau tesis yang hanya bersumber dari data dan pustaka saja. Disertasi harus lebih lengkap lagi dengan tiga sumber sekaligus yaitu data lapangan, penelitian laboratorium serta kajian pustaka. Dalam mengungkapkan teori untuk memecahkan permasalahan, disertasi wajib menyatakan dalil-dalil atau teori-teori baru secara ilmiah yang diperolehnya, serta sanggahan terhadap teori lama dan sebagainya. Penemuan teori atau dalil baru inilah sebenarnya yang menunjukkan ciri khas suatu karya tulis ilmiah berupa disertasi.
Temuan baru atau teori baru yang dihasilkan oleh suatu disertasi dapat berasal dari disiplin ilmu arau spesialisasi dari penulisnya sendiri atau berasal dari disiplin ilmu lainnya yang dapat menunjang atau membenarkan dalil atau teori baru yang diungkapkannya. Itu sebabnya penulisan disertasi membutuhkan waktu yang panjang, karena harus dapat menemukan dalil atau teori baru.
Mahasiswa yang menulis disertasi disebut promovendus, dimana dalam pembuatan karya tulis ilmiah disertasinya itu di bawah bimbingan seorang atau beberapa orang guru besar (profesor) yang mempromotorinya. Para pembimbing inilah yang nantinya harus mempertahankan disertasi promovendus terhadap sanggahan yang akan diberikan oleh para penguji atau guru besar universitas di mana promosi seorang doktor itu dilaksanakan.
Karya ilmiah panduan, meliputi: (1) panduan pelajaran (texbook), untuk memberikan panduan (guidance) kepada mahasiswa, dosen atau masyarakat umum yang berminat membuat karya ilmiah, misalnya buku panduan penulisan skripsi, panduan membuat laporan praktek kerja (magang), panduan membuat laporan kuliah kerja lapangan, dan sebagainya; (2) buku pegangan (handbook), bertujuan memberikan petunjuk cara mengoperasionalkan suatu barang yang sudah ada, misalnya buku pegangan mengoperasionalkan pengisian data penelitian dalam komputer, petunjuk penggunaan peralatan laboratorium, petunjuk pembuatan pertanyaan (kuesioner); (3) buku pelajaran (diktat), yakni dibuat oleh guru, dosen atau guru besar untuk mata pelajaran atau mata kuliah yang diajarkannya.
Karya ilmiah referensi, meliputi: (1) kamus, berisi kata-kata yang mengandung arti yang sama, atau terjemahan kata dari dua bahasa atau lebih, misalnya kamus bahasa Inggris, bahasa Indonesia yang isinya memuat penjelasan lebih detail lagi dari suatu kata. Kamus juga bisa dikelompokkan kata-kata dalam lingkup tersendiri, misal kamus jurnalistik, kamus sosiologi, kamus antropologi, kamus ekonomi, kamus politik, kamus hukum dan sebagainya. Kamus-kamus tersebut biasanya dijadikan referensi bagi pelajar, mahasiswa dan juga masyarakat umum; (2) ensiklopedia adalah buku yang berisi berbagai keterangan atau uraian ringkas tentang cerita, ilmu pengetahuan yang disusun menurut abjad atau menurut lingkungan ilmu, misal ensiklopedia ilmu-ilmu sosial, ensiklopedia satwa Indonesia, ensiklopedia flora dan fauna Indonesia dan sebagainya.
Karya ilmiah penelitian, yang meliputi: (1) makalah seminar, yang terdiri atas naskah seminar dan naskah bersambung; (2) laporan hasil penelitian dan; (3) jurnal penelitian.


1.6  Langkah-langkah Penulisan Karya Ilmiah
TAHAP PERSIAPAN
A. Persiapan penulisan karya ilmiah
1. Langkah-langkah persiapan penulisan karya ilmiah
Pada dasarnya, hal terpenting yang harus dipikirkan oleh seorang penulis karya ilmiah pada tahap persiapan ini adalah pemilihan topik. Yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan topik adalah sebagai berikut.
a.       Pemilihan Topik/Masalah untuk Karya Ilmiah
Ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan pada saat menentukan topik untuk karya ilmiah. Dalam penulisannya harus mengikuti kaidah kebenaran isi, metode kajian, serta tata cara penulisannya yang bersifat keilmuan. Salah satu cara untuk memenuhi kaidah tersebut adalah dengan melakukan pemilihan topik yang jelas dan spesifik. Pemilihan unuk kerya tulis ilmiah dapat dilakukan dengan cara;
b.      Merumuskan tujuan
Rumusan tujuan yang jelas dan tepat menjadi sangat penting untuk dapat menghasilkan karya tulis ilmiah yang terfokus bahasannya. Tips yang dapat dilakukan untuk merumuskan tujuan diantaranya sebagai berikut.
1)  Usahakan merumuskan tujuan dalam satu kalimat yang sederhana;
2)  Ajukan pertanyaan dengan menggunakan salah satu kata tanya terhadap rumusan yang kita buat;
3)  Jika kita dapat menjawab dengan pasti pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan, berarti rumusan tujuan yang kita buat sudah cukup jelas dan tepat.
c.    Menentukan Topik
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam menentukan topik adalah menentukan ide-ide utama. Kemudian uji dan tanya pada diri sendiri apakah ide-ide itu yang akan kita tulis.

d.      Menelusuri Topik
Bila topik telah ditentukan, kita masih harus memfokuskan topik tersebut agar dalam penulisannya tepat sasaran. Beberapa langkah yang dapat ditempuh dalam memfokuskan topik yaitu sebagai berikut.
1)    Fokuskan topik agar mudah dikelola;
2)    Ajukan pertanyaan
e.       Mengidentifikasi Pembaca Karya Ilmiah
Kewajiban seorang penulis karya ilmiah adalah memuaskan kebutuhan pembacanya akan informasi, yaitu dengan cara menyampaikan pesan yang ditulisnya agar mudah dipahami oleh pembacanya. Sebelum menulis, kita harus mengidentifikasi siapa kira-kira yang akan membaca tulisan kita. Hal tersebut perlu dipertimbangkan pada saat kita menulis karya tulis ilmiah agar tulisan kita tepat sasaran.
f.       Menentukan Cakupan Isi Materi Karya Ilmiah
Cakupan materi adalah jenis dan jumlah informasi yang akan disajikan di dalam tulisan.
2. Pengumpulan informasi untuk penulisan karya ilmiah
a.    Memanfaatkan perpustakaan sebagai sumber data, informasi, dan bahan untuk tulisan
Perpustakaan pada umumnya menyediakan berbagai koleksi data atau informasi yang terekam dalam berbagai bentuk media, seperti media cetak dan media audiovisual. Hal pertama yang harus kita lakukan pada saat memasuki perpustakaan adalah memahami di mana letak sumber informasi yang dibutuhkan berada. Salah satu tempat yang patut kita tuju adalah bagian referensi. Bagian referensi ini biasannya berisi koleksi tentang encyclopedia, indeks, bibliografi, atlas dan kamus.
1)      Mencari Buku dengan Online Catalog dan Card Catalog
Pencarian buku dengan cara Online Catalog biasanya menggunakan terminal komputer. Kita dapat mencari buku dengan judul dan nama penulis yang jelas atau minta kepada komputer untuk mencarikan file-file yang berkaitan dengan topik yang sedang kita tulis.
Selain menggunakan komputer, kita juga dapat menggunakan Card Catalog untuk mencari buku atau artikel yang kita butuhkan. Pada umumnya, buku koleksi perpustakaan didata dalam 3 (tiga) jenis kartu katalog, yaitu katalog yang berisi data tentang pengarang/penulis, judul buku dan subjek/topik tertentu.
2)      Memeriksa Bahan-Bahan Pustaka yang Telah Diperoleh
Setelah bahan pustaka terkumpul kita harus memeriksa bahan-bahan tersebut apakah sesuai atau tidak dengan topik yang kita tulis. Cara memeriksa bahan pustaka tersebut adalah sebagai berikut.
a)      Atur waktu membaca
b)      Bacalah secara selektif
c)      Bacalah secara bertanggung jawab
d)     Bacalah secara kritis
3)      Membuat Catatan dari Bahan-bahan Pustaka
Salah satu cara terbaik dan paling sederhana dalam membuat catatan ini adalah selalu mengacu pada kartu indeks yang telah kita buat.
4)      Membuat Ringkasan dan ‘Paraphrasing’
Disamping membuat catatan, kita pun dapat membuat ringkasan atau paraphrasing dari sumber bacaan yang kita dapatkan di dalam menunjang keberhasilan proyek tulisan kita.
5)      Membuat Kutipan
Kita harus mengutip dengan persis dan apa adanya pernyataan dari sumber bacaan yang kita gunakan jika pernyataan tersebut merupakan pandangan mendasar dari penulis dan jika kita ubah ke dalam bahasa kita sendiri akan mengaburkan arti sesungguhnya.
C.     Melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi untuk tulisan
Ada empat hal yang harus diperhatikan pada saat akan melakukan wawancara untuk keperluan proyek penulisan karya ilmiah, yaitu sebagai berikut.
1.      Menentukan orang yang tepat untuk diwawancarai
2.      Mempersiapkan pedoman wawancara
3.      Melaksanakan wawancara
4.      Mengolah hasil wawancara

TAHAP PROSES PENULISAN
Tahap Penulisan merupakan perwujudan tahap persiapan ditambah dengan pembahasan yang dilakukan selama dan setelah penulisan selesai.
A.    Tahap Pra Penulisan
1.      Pemilihan dan pembatasan topik
2.      Merumuskan tujuan
3.      Mempertimbangkan bentuk karangan
4.      Mempertimbangkan pembaca
5.      Mengumpulkan data pendukung
6.      Merumuskan judul
7.      Merumuskan tesis
8.      Penyusunan ide dalam bentuk karangan atau outline
B. Pemilihan Topik
1.       Apa yang akan kita tulis?
2.       Topik dapat diperoleh dari berbagai sumber.
3.       Empat syarat: keterkuasaian, ketersediaan bahan, kemenarikan, kemanfaatan.
4.       Agar lebih fokus, topik perlu dibatasi.
C. Tahap Penulisan Draf
1.      Mengekspresikan ide-ide ke dalam tulisan kasar.
2.      Pengembangan ide masih bersifat tentatif.
3.      Pada tahap ini, konsentrasikan perhatian pada ekspresi/gagasan, bukan pada aspek-aspek mekanik.
D.    Tahap Revisi
1.      Memperbaiki ide-ide dalam karangan, berfokus pada penambahan, pengurangan, penghilangan, penataan isi sesuai dengan kebutuhan pembaca.
2.      Kegiatan: (a) membaca ulang seluruh draf, (b) sharing atau berbagi pengalaman tentang draf kasar karangan dengan teman, (c) merevisi dengan memperhatikan reaksi, komentar/masukan.
E. Tahap Penyuntingan
1.      Memperbaiki perubahan-perubahan aspek mekanik karangan.
2.      Memperbaiki karangan pada aspek kebahasaan dan kesalahan mekanik yang lain.
3.      Aspek mekanik antara lain: huruf kapital, ejaan, struktur kalimat, tanda baca, istilah, kosakata, format karangan.
F.      Tahap Publikasi
1.      Tulisan akan berarti dan lebih bermanfaat jika dibaca orang lain.
2.      Sesuaikan tulisan dengan media publikasi yang akan kita tuju.
TAHAP EVALUASI
Tahap terakhir yaitu verifikasi atau evaluasi, apa yang dituliskan sebagai hasil dari tahap iluminasi itu diperiksa kembali, diseleksi, dan disusun sesuai dengan fokus tulisan. Mungkin ada bagian yang tidak perlu dituliskan, atau ada hal-hal yang perlu ditambahkan, dan lain-lain. Mungkin juga ada bagian yang mengandung hal-hal yang peka, sehingga perlu dipilih kata-kata atau kalimat yang lebih sesuai, tanpa menghilangkan esensinya.
Ada lima kriteria yang bisa kita gunakan untuk mengevaluasi setiap bagian dari menulis sebagai berikut.
Fokus.
Apa yang Anda menulis tentang? Apa klaim atau tesis Anda membela? Kriteria ini adalah yang luas, berkaitan dengan konteks, tujuan, dan koherensi dari sepotong tulisan. Apakah topik Anda sesuai untuk tugas? Apakah Anda tetap pada topik itu atau terlena pada garis singgung tidak membantu? Apakah Anda berfokus terlalu teliti atau terlalu banyak? Misalnya, esai tentang Perang Saudara Amerika pada umumnya mungkin terlalu luas untuk esai perguruan tinggi yang paling. Anda mungkin akan lebih baik menulis tentang pertempuran tertentu, umum, atau kejadian.
Pembangunan.
Pembangunan berkaitan dengan rincian dan bukti. Apakah Anda menyediakan cukup bahan pendukung untuk memenuhi harapan pembaca Anda? Sebuah laporan penelitian yang tepat, misalnya, biasanya mencakup banyak referensi dan kutipan untuk banyak karya lain yang relevan beasiswa. Sebuah deskripsi lukisan mungkin akan mencakup rincian tentang, komposisi penampilan, dan bahkan mungkin informasi biografis tentang seniman yang melukisnya. Memutuskan apa rincian untuk menyertakan tergantung pada penonton dimaksudkan sepotong. Sebuah artikel tentang kanker ditujukan untuk anak-anak akan terlihat sangat berbeda dari satu ditulis untuk warga senior.
Organisasi
Organisasi, sering disebut “pengaturan,” menyangkut ketertiban dan tata letak kertas. Secara tradisional, kertas dibagi menjadi, tubuh kesimpulan pengenalan, dan. Paragraf terfokus pada gagasan utama tunggal atau topik (kesatuan), dan transisi di antara kalimat dan paragraf yang halus dan logis. Sebuah rambles kertas kurang terorganisir, melayang di antara topik yang tidak berhubungan dengan cara serampangan dan membingungkan.
Gaya
Gaya secara tradisional berkaitan dengan kejelasan, keanggunan presisi, dan. Sebuah stylist yang efektif tidak hanya mampu menulis dengan jelas untuk penonton, tetapi juga bisa menyenangkan mereka dengan bahasa menggugah, metafora, irama, atau kiasan. Penata Efektif bersusah payah tidak hanya untuk membuat titik, namun untuk membuatnya dengan baik.
Konvensi
Kriteria ini meliputi tata bahasa, mekanik, tanda baca, format, dan isu-isu lain yang ditentukan oleh konvensi atau aturan. Meskipun banyak siswa berjuang dengan konvensi, pengetahuan tentang di mana untuk menempatkan koma dalam sebuah kalimat biasanya tidak sepenting apakah kalimat yang berharga untuk menulis di tempat pertama. Namun demikian, kesalahan yang berlebihan dapat membuat bahkan seorang penulis brilian tampak ceroboh atau bodoh, kualitas yang jarang akan terkesan pembaca seseorang.


1.7  Karakteristik Karya Ilmiah
a.      Mengacu kepada Teori
Artinya karangan ilmiah wajib memiliki teori yang dijadikan sebagai landasan berpikir/kerangka pemikiran/acuan dalam pembahasan masalah. Fungsi teori.
1)      Tolak ukur pembahasan dan penjawaban persoalan
2)      Dijadikan data sekunder/data penunjang (data utama;fakta)
3)      Digunakan untuk menjelaskan, menerangkan, mengekspos dan mendeskripsikan suatu gejala
4)      Digunakan untuk mendukung dan memperkuat pendapat penulis.
b.      Berdasarkan Fakta
Artinya setiap informasi dalam kerangka ilmiah selalu apa adanya, sebenarnya dan konkret.
c.       Logis
Artinya setiap keterangna dalam kerangka ilmiah selalu dapat ditelusuri, diselidiki dan diusut alasan-alasannya, rasional dan dapat diterima akal.
d.      Objektif
Artinya dalam kerangka ilmiah semua keterangan yang diungkapkan tidak pernah subjektif, senantiasa faktual dan apa adanya, serta tidak diintervensi oleh kepentingan baik pribadi maupun golongan.
e.       Sistematis
Baik penulisan/penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah disajikan secara rutin, teratur, kronologis, sesuai dengan prosedur dan sistem yang berlaku, terurut, dan tertib.
f.       Sahih/Valid
Artinya baik bentuk maupun isi karangan ilmiah sudah sah dan benar menurut aturan ilmiah yang berlaku.
g.      Jelas
Artinya setiap informasi dalam karangan ilmiah diungkapkan sejernih-jernihnya, gamblang, dan sejelas-jelasnya sehingga tidak menimbulkan pertanyaan dan keraguan-raguan dalam benak pembaca.
h.      Seksama
Baik penyajian maupun pembahasan dalam karangan ilmiah dilakukan secara cermat, teliti, dan penuh kehati-hatian agar tidak mengandung kesalahan betapa pun kecilnya.
i.        Tuntas
Pembahasan dalam karangan ilmiah harus sampai ke akar-akarnya.Jadi, supaya karangan tuntas, pokok masalah harus dibatasi tidak boleh terlalu luas.

j.        Bahasanya Baku
Bahasa dalam kerangka ilmiah harus baku artinya harus sesuai dengan bahasa yamg dijadikan tolak ukur/standar bagi betul tidaknya penggunaan bahasa.
k.      Penulisan Sesuai dengan Aturan Standar (Nasional/Internasional)
Akan tetapi, tata cara penulisan laporan penelitian yang berlaku di lembaga tempat penulis bernaung tetap harus diperhatikan.

Perbandingan Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, dan KTSP


Sebelum diberlakukannya KTSP, kurikulum yang berlaku di sekolah dasar antara lain Kurikulum 1994 dan Kurikulum 2004 atau sering disebut dengan Berbasis Kompetensi (KBK). Kurikulum 1994 merupakan kurikulum yang didesain berdasarkan tujuan pembelajaran. Kurikulum 2004 dan KTSP merupakan kurikulum yang didesain dan dikembangkan berdasarkan kompetensi. Kurikulum 2004 atau KBK merupakan kurikulum yang didesain dan dikembangkan berdasarkan seperangkat kompetensi tertentu, yang terdiri atas Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), Indikator, Hasil Belajar dan Materi Pokok. KTSP pada dasarnya adalah KBK yang dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Standar Isi berisikan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). SK dan KD pada Standar Isi merupakan penyempurnaan SK dan KD pada KBK.
Perbandingan KTSP, KBK dan Kurikulum 1994 antara lain pada hal-hal sebagai berikut.
ASPEK
KURIKULUM 1994
KBK
KTSP
Pengembang Kurikulum
Pusat Kurikulum
Pusat Kurikulum
Satuan Pendidikan
Orientasi
Berorientasi pada tujuan
Berorientasi pada kompetensi
Berorientasi pada kompetensi
Pendekatan Pembelajaran
Berorientasi pada GBPP
Dikembangkan oleh pendidik secara mandiri sesuai dengan kebutuhan peserta didik
Dikembangkan oleh pendidik secara mandiri sesuai dengan kebutuhan peserta didik
Pengorganisasian Materi
Berpusat pada bidang studi
Untuk kelas I, dan II pembelajaran tematik. Untuk kelas selanjutnya diarahkan pada keterpaduan
Untuk kelas I, II, dan III pembelajaran tematik. Untuk kelas selanjutnya diarahkan pada keterpaduan
Pendekatan Penilaian
Mengutamakan penilaian hasil pembelajaran
Mengutamakan penilaian proses dan hasil pembelajaran
Mengutamakan penilaian proses dan hasil pembelajaran
Perangkat Pembelajaran
Satuan pelajaran dan rencana pengajaran
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Hasil Pendidikan
Pencapaian tujuan
Penguasaan kompetensi
Penguasaan kompetensi
Peran Pendidik
Instruktur
Mengelompokkan, mngelaborasi, mengembangkan berbagai sumber belajar
Mengelompokkan, mngelaborasi, mengembangkan berbagai sumber belajar

ASPEK
KURIKULUM 2004
KURIKULUM 2006
Landasan Hukum
a.       Tap MPR/GBHN Tahun 1999-2004
b.       UU No. 20/1999 – Pemerintah-an Daerah
c.        UU Sisdiknas No 2/1989 kemudian diganti dengan UU No. 20/2003
d.       PP No. 25 Tahun 2000 tentang pembagian kewenangan
a.       UU No. 20/2003 – Sisdiknas
b.       PP No. 19/2005 – SPN
c.        Permendiknas No. 22/2006 – Standar Isi
d.       Permendiknas No. 23/2006 – Standar Kompetensi Lulusan
Implementasi/Pelaksanaan Kurikulum
a.       Bukan dengan Keputusan/ Peraturan Mendiknas RI
b.       Keputusan Dirjen Dikdasmen No.399a/C.C2/Kep/DS/2004 Tahun 2004.
c.        Keputusan Direktur Dikme-num No. 766a/C4/MN/2003 Tahun 2003, dan No. 1247a/ C4/MN/2003 Tahun 2003.
Peraturan Mendiknas RI No. 24/2006 tentang Pelaksanaan Peraturan Menteri No. 22 tentang SI dan No. 23 tentang SKL
Ideologi Pendidikan yang Dianut
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
Liberalisme Pendidikan : terciptanya SDM yang cerdas, kompeten, profesional dan kompetitif
Sifat (1)
Cenderung Sentralisme Pendidikan : Kurikulum disusun oleh Tim Pusat secara rinci; Daerah/Sekolah hanya melaksanakan
Cenderung Desentralisme Pendidikan : Kerangka Dasar Kurikulum disusun oleh Tim Pusat; Daerah dan Sekolah dapat mengembangkan lebih lanjut.
Sifat (2)
Kurikulum disusun rinci oleh Tim Pusat (Ditjen Dikmenum/ Dikmenjur dan Puskur)
Kurikulum merupakan kerangka dasar oleh Tim BSNP
Pendekatan
a.       Berbasis Kompetensi
b.       Terdiri atas : SK, KD, MP dan Indikator Pencapaian
a.       Berbasis Kompetensi
b.       Hanya terdiri atas : SK dan KD. Komponen lain dikembangkan oleh guru
Struktur
a.       Berubahan relatif banyak dibandingkan kurikulum sebelumnya (1994 suplemen 1999)
b.       Ada perubahan nama mata pelajaran
c.        Ada penambahan mata pelajaran (TIK) atau penggabungan mata pelajaran (KN dan PS di SD)
a.       Penambahan mata pelajaran untuk Mulok dan Pengem-bangan diri untuk semua jenjang sekolah
b.       Ada pengurangan mata pelajaran (Misal TIK di SD)
c.        Ada perubahan nama mata pelajaran
d.       KN dan IPS di SD dipisah lagi
e.        Ada perubahan jumlah jam pelajaran setiap mata pelajaran
Beban Belajar
a.       Jumlah Jam/minggu :
b.       SD/MI = 26-32/minggu
c.        SMP/MTs = 32/minggu
d.       SMA/SMK = 38-39/minggu
e.        Lama belajar per 1 JP:
f.        SD = 35 menit
g.        SMP = 40 menit
h.       SMA/MA = 45 menit
a.       Jumlah Jam/minggu :
b.       SD/MI 1-3 = 27/minggu
c.        SD/MI 4-6 = 32/minggu
d.       SMP/MTs = 32/minggu
e.        SMA/MA= 38-39/minggu
f.        Lama belajar per 1 JP:
g.        SD/MI = 35 menit
h.       SMP/MTs = 40 menit
i.         SMA/MA = 45 menit
Pengembangan
Kurikulum lebih lanjut
a.       Hanya sekolah yang mampu dan memenuhi syarat dapat mengembangkan KTSP.
b.       Guru membuat silabus atas dasar Kurikulum Nasional dan RP/Skenario Pembelajaran
a.       Semua sekolah /satuan pendidikan wajib membuat KTSP.
b.       Silabus merupakan bagian tidak terpisahkan dari KTSP
c.        Guru harus membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Prinsip Pengembangan Kurikulum
a.       Keimanan, Budi Pekerti Luhur, dan Nilai-nilai Budaya
b.      Penguatan Integritas Nasional
c.       Keseimbangan Etika, Logika, Estetika, dan Kinestetika
d.      Kesamaan Memperoleh Kesempatan
e.       Perkembangan Pengetahuan dan Teknologi Informasi
f.       Pengembangan Kecakapan Hidup
g.      Belajar Sepanjang Hayat
h.      Berpusat pada Anak
i.        Pendekatan Menyeluruh dan Kemitraan
a.       Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya
b.      Beragam dan terpadu
c.       Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
d.      Relevan dengan kebutuhan kehidupan
e.       Menyeluruh dan berkesinam-bungan
f.       Belajar sepanjang hayat
g.      Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Prinsip Pelaksanaan Kurikulum
Tidak terdapat prinsip pelaksanaan kurikulum
a.       Didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi peserta didik untuk menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya.
b.      Menegakkan lima pilar belajar:
1)      belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME,
2)      belajar untuk memahami dan menghayati,
3)      belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif,
4)      belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain,
5)      belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembela-jaran yang efektif, aktif, kreatif & menyenangkan.
c.       Memungkinkan peserta didik mendapat pelayanan perbaik-an, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan, dan kondisinya dengan memperhatikan keterpaduan pengembangan pribadi peserta didik yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
d.      Dilaksanakan dalam suasana hubungan peserta didik dan pendidik yang saling meneri-ma dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada
e.       Menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia, sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan meman-faatkan lingkungan sekitar sebagai sumber belajar.
f.       Mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian secara optimal.
g.      Diselenggarakan dalam kese-imbangan, keterkaitan, dan kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.
Pedoman
Pelaksanaan
Kurikulum
a.       Bahasa Pengantar
b.      Intrakurikuler
c.       Ekstrakurikuler
d.      Remedial, pengayaan, akselerasi
e.       Bimbingan & Konseling
f.       Nilai-nilai Pancasila
g.      Budi Pekerti
h.      Tenaga Kependidikan
i.        Sumber dan Sarana Belajar
j.        Tahap Pelaksanaan
k.      Pengembangan Silabus
l.        Pengelolaan Kurikulum
Tidak terdapat pedoman pelaksanaan kurikulum seperti pada Kurikulum 2004.

Kurikulum 1994, KBK dan KTSP memiliki kesamaan-kesamaan sebagai berikut.
a.       Penekanan pada membaca, menulis dan berhitung (calistung).
b.      Konsep-konsep dan materi pokok (esensial) pada setiap mata pelajaran, menekankan pada pencapaian kompetensi.
c.       Pengembangan muatan lokal
Bila kita lihat dari beberapa aspek yang terdapat dalam KBK maupun KTSP, ada kesamaan antara keduanya. Kesamaan tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
a.    Pendekatan pembelajaran berorintasi pada kompetensi (competence based approach).
b.    Berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes) dan keberagaman.
c.    Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi.
d.   Penilaian memperhatikan pada proses dan hasil belajar (authentic assessment).
e.    Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif